PANDEGLANG, LINIMASSA.ID – Pemburu Badak Jawa kini dipersempit ruang geraknya oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
Hal ini merupakan upaya kerja keras melindungi Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon agar ekosistem dan keberlangsungan hidup hewan purba itu terjaga.
Upaya dilakukan yaitu menangkap pemburu Badak Jawa hingga menutup akses jalur wisata menuju Muara Sungai Semenanjung Ujung Kulon.
Semenanjung Ujung Kulon merupakan habitat asli daripada Badak Jawa. Oleh karena itu BTNUK menerapkan sistem pengamanan Fully Protected Area (FPA).
Dimana Semenanjung Ujung Kulon tertutup bagi semua kegiatan apapun, dan hal ini diberlakukan untuk mencegah para pemburu Badak Jawa yang berpura pura memanen madu, mengambil biota laut, wisata ziarah dan berburu burung.
Antisipasi Pemburu Badak Jawa

Para pemburu badak jawa tersebut masuk melalui jalur Muara Sungai Semenanjung Ujung Kulon. Hal itu diketahui dari para pemburu badak yang telah di vonis dan para pemburu burung yang sedang menjalani persidangan di tahun 2025 ini.
Adanya informasi itu, mendorong BTNUK melakukan pengamanan ekstra dengan menutup akses jalur muara sungai. Penutupan dilakukan dengan metode pemagaran zigzag alur sungai menggunakan batang pohon palem jenis Langkap.
Pemagaran itu dinilai ampuh mencegah pemburu Badak Jawa memasuki Semenanjung Ujung Kulon menggunakan perahu atau kapal motor.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Ardi Andono pemagaran, Muara Sungai Semenanjung Ujung Kulon dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati yang ada di kawasan TN Ujung Kulon.
“Kini telah dilakukan penutupan beberapa sungai dan muara di semenanjung Ujung Kulon menggunakan batang Langkap,” katanya, Minggu, 23 Februari 2025.
Batang langkap dipilih untuk memagari sungai karena mudah ditemukan dan tahan terhadap rendaman air dalam jangka waktu yang cukup lama. Tumbuhan Langkap mirip batang pohon pinang.
“Di TN Ujung Kulon, juga merupakan jenis invasif dan harus di musnahkan. Penutupan ini juga tidak menghalangi satwa yang lewat, maupun melalui air, karena dibuat sedemikian rupa agar hanya perahu saja yang tidak bisa masuk,” katanya.
Lebih lanjut Ardi mengungkapan, terkadang Semenanjung Ujung Kulon digunakan nelayan untuk berlindung dari hantaman ombak, angin kencang dan cuaca ekstrim di sekitar Muara Sungai.
“Tentunya hal tersebut masih dapat dilakukan oleh para nelayan. Jadi tenang, masih bisa kok untuk berlindung mengingat penutupan dilakukan lebih dalam dari mulut muara,” katanya.
Sehingga, Ardi menerangkan, nelayan masih dapat berlindung disekitar muara tersebut.
“Kalo nelayan masuk ke dalam lagi maka patut dicurigai,” katanya.
Ardi mengungkapkan, langkah tegas ini diambil sebagai bagian dari komitmen menjaga kelestarian TN Ujung Kulon. Sebagai salah satu kawasan konservasi penting di Indonesia, khususnya konservasi Badak Jawa.
“Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas dan menjadi habitat Badak Jawa,” katanya.
Ardi menegaskan, dukungan masyarakat sangat diharapkan untuk keberhasilan langkah ini.
“Demi melindungi satwa liar dan memastikan kelangsungan ekosistem alami. Ayo bersama kita jaga alam TN Ujung Kulon,” katanya.