linimassa.id – Penyakit satu ini kerap diangkat dalam film, buku, serial, dan banyak lagi. Ya, Alzheimer. Ini adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku.
Penyakit ini bisa memburuk seiring waktu sehingga membuat penderitanya tidak mampu lagi melakukan pekerjaan sehari-hari.
Penyakit ini bisa berkembang seiring berjalannya waktu dan memengaruhi beberapa fungsi otak. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit degeneratif.
Pada tahap awal, penderitanya akan mengalami gangguan daya ingat bersifat ringan, seperti tidak mengingat nama benda, percakapan, atau peristiwa yang belum lama terjadi.
Seiring waktu, penyakit Alzheimer bisa bertambah parah. Penderita kondisi ini bisa mengalami linglung atau cemas, serta selalu curiga terhadap orang lain.
Penyakit ini umumnya terjadi pada seseorang yang berusia di atas 60 tahun.
Penyebab
Penyakit ini terjadi akibat penumpukan protein abnormal yang mengganggu kinerja sel-sel saraf di otak. Dalam jangka panjang, otak akan kehilangan beragam fungsi, seperti mengontrol pikiran, memori, dan bahasa.
Penelitian juga menunjukkan bahwa penyakit Alzheimer dipicu oleh berbagai faktor, seperti genetik, pola hidup, dan lingkungan.
Penyakit ini terjadi saat protein otak gagal berfungsi secara normal sehingga mengganggu kinerja sel otak (neuron). Ketika neuron rusak, sel otak kehilangan koneksi satu sama lain hingga akhirnya mati.
Ada dua protein otak yang menjadi penyebab utama Alzheimer yaitu:
Beta-amiloid. Pengendapan protein ini menimbulkan efek beracun yang dapat mengganggu komunikasi antara sel otak.
Neurofibril. Ini adalah protein yang berperan dalam membawa nutrisi ke dalam sel otak. Jika tidak sesuai jalur, dapat mengganggu proses pengiriman nutrisi yang memicu efek beracun bagi sel otak.
Gejala
Gejala penyakit ini bisa bervariasi pada setiap penderitanya. Namun, gejala yang umum terjadi adalah kesulitan dalam berkomunikasi, serta kesulitan dalam mengenali wajah serta orang di sekitarnya, termasuk keluarga dan teman (prosopagnosia). Penderita penyakit Alzheimer juga kerap mengalami depresi atau delusi.
Gejala kondisi ini muncul seiring dengan perkembangan penyakit dan pola hidup yang pengidapnya jalani.
Secara umum, gejala awal Alzheimer adalah penurunan daya ingat atau pikun dan fungsi otak pengidapnya.
Kendati begitu, pikun hanyalah gejala awalnya saja. Semakin penyakitnya berkembang, maka akan bermunculan gejala-gejala lain
Apa yang Pengidap Penyakit Alzheimer Rasakan?
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa gejala Alzheimer yang yang pengidapnya juga bisa rasakan:
- Gejala Kehilangan Memori
– Mengulangi pernyataan dan pertanyaan.
– Melupakan obrolan, janji pertemuan.
– Lupa meletakkan benda.
– Tersesat di tempat yang dikenali.
– Lupa nama anggota keluarga.
– Lupa nama benda yang sering digunakan.
– Kesulitan mengungkapkan pikiran.
- Gejala Kehilangan Nalar dalam berpikir
– Kesulitan berkonsentrasi dan berpikir, terutama saat menghitung.
– Sulit melakukan dua pekerjaan sekaligus.
– Sulit mengelola keuangan.
Akhirnya, pengidap tidak dapat mengenali dan berhitung.
- Salah Membuat Penilaian dan Keputusan
Pengidap mengalami penurunan kemampuan dalam membuat keputusan dan penilaian yang masuk akal. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan tema acara, misalnya.
- Merencanakan Melakukan Tugas Harian
Pengidap membutuhkan rencana dalam melakukan rutinitas harian berurutan.
Seiring dengan perkembangan penyakit, pengidap menjadi sering lupa bagaimana cara melakukan aktivitas sederhana seperti berpakaian dan mandi.
- Gejala Perubahan Kepribadian dan Perilaku
Depresi, apatis, tidak mau bergaul, perubahan suasana hati, tidak percaya pada orang lain, perubahan pola tidur, dan delusi.
Pengobatan dan Pencegahan
Sampai saat ini, belum ada metode untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer. Akan tetapi, obat-obatan seperti rivastigmine bisa memperlambat perburukan gejala yang dialami penderita penyakit Alzheimer. Dokter juga dapat menganjurkan psikoterapi, antara lain terapi stimulasi kognitif.
Secara penyebabnya belum diketahui, penyakit Alzheimer sulit dicegah. Namun, ada upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan otak, misalnya tidak merokok, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan berolahraga.
Faktor Risiko
Beberapa faktor pemicu Alzheimer antara lain:
- Risiko Alzheimer semakin meningkat seiring berjalannya usia akibat pola hidup tidak sehat.
- Riwayat keluarga dan genetika. Adanya perubahan mutasi genetik dalam keluarga meningkatkan risiko Alzheimer pada 1 persen pengidap.
- Sindrom Down. Alzheimer berkaitan dengan tiga salinan kromosom 21 yang pengidap Sindrom Down miliki.
- Jenis kelamin. Wanita berisiko lebih tinggi terkena Alzheimer ketimbang pria.
- Gangguan kognitif. Pengidap gangguan kognitif akan mengalami masalah memori yang berisiko berkembang menjadi demensia akibat Alzheimer.
- Trauma kepala. Cedera kepala akibat berolahraga, kecelakaan, dan prosedur operasi berisiko terjangkit Alzheimer di kemudian hari.
- Polusi udara. Partikel polusi udara mempercepat degenerasi sistem saraf yang meningkatkan risiko Alzheimer.
- Konsumsi alkohol berlebihan. Alkohol memicu perubahan pada otak yang berkaitan dengan peningkatan risiko demensia sedari awal.
- Pola tidur yang buruk. Kesulitan tidur dan tidak memiliki kualitas tidur yang baik berkaitan dengan peningkatan risiko Alzheimer.
- Gaya hidup dan kesehatan jantung. Kurang olahraga, obesitas, merokok, kolesterol, hipertensi, dan diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol memicu Alzheimer di kemudian hari.
Meski Alzheimer rentan menyerang lansia, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi pada usia muda. Baca lebih lanjut pada artikel: Ketahui, Ini 4 Pemicu Alzheimer di Usia Muda.
Strategi berikut dapat membantu mengurangi risiko kamu terkena penyakit Alzheimer:
Tetap aktif secara mental. Cobalah untuk sering memainkan permainan seperti catur, membaca, mengerjakan teka-teki silang, memainkan alat musik, atau melakukan hobi lain yang membutuhkan kekuatan otak.
Aktif secara fisik. Olahraga meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak yang dapat memengaruhi kesehatan sel otak. Kenakan tutup kepala pelindung jika kamu berpartisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan risiko cedera kepala.
Tetap aktif secara sosial. Secara teratur berbicara dengan teman dan keluarga dan bergabung dalam kegiatan kelompok dapat menjaga daya ingat.
Konsumsi makanan sehat tinggi antioksidan. Antioksidan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan sel otak dan mempertahankan ingatan jangka panjang. Selain dari makanan, kamu juga bisa mengonsumsi suplemen kesehatan agar asupan antioksidan terpenuhi, untuk mengurangi risiko penyakit Alzheimer.
Hindari asupan tertentu. Pastikan untuk membatasi atau tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Sebab, alkohol berkaitan erat dengan penurunan kemampuan fungsi kognitif otak. (Hilal)



