linimassa.id – Kerang memang ajaib. Keberadaannya bisa membersihkan pencemaran di perairan.
Ini pula alasan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beberapa tahun lalu mendatangkan 3 ton kulit kerang hijau untuk membersihkan Teluk Jakarta.
Sebuah riset membenarkan bahwa kerang efektif untuk membersihkan air yang tercemar. Riset ini dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University, California dan diketuai oleh mahasiswa pascasarjana Teknik Lingkungan Stanford University, Niveen Ismail.
Mereka menggunakan dua jenis kerang berbeda, yakni kerang asia atau Corbicula Fluminea dan kerang California atau Anonta Californiensis.
Untuk membuktikan fungsi dari binatang ini, para peneliti memasukkan beberapa jenis kerang ke dalam tank yang berisi air limbah yang terkontaminasi polusi kimia dengan berbagai tingkatan.
Menurut penelitian itu, dalam waktu 72 jam, pencemaran di dalam air sudah berkurang hingga 80 persen.
Menindaklanjuti temuan itu, para peneliti memutuskan untuk melakukan uji coba yang sama di perairan Mountain Lake. Mereka menaruh sejumlah kerang di tengah area danau dengan metode dan jumlah yang dinilai paling tepat.
Metode yang sama telah diterapkan di Sungai Bronx dan Long Island Sound. Kerang-kerang digantung di bawah rakit dengan dibatasi sangkar. Kerang-kerang itu difungsikan untuk mengontrol nutrisi dan ganggang yang berlebihan.
Meski berbeda tujuan penggunaan, diharapkan kerang yang ditempatkan di Mountain Lake dapat membantu mengurangi polutan yang ada di dalam air.
Peneliti lain dari bidang Teknik Sipil dan Lingkungan Richard G. Luthy juga memaparkan kemampuan si kerang dalam proses menyaring air kotor.
Setiap kerang menyaring sekitar dua liter air sehari, sehingga tidak dibutuhkan banyak kerang untuk meningkatkan kualitas air.
Saat menyaring air, mereka menyerap beberapa bahan kimia dan patogen yang ada. Kerang menyaring zat-zat kecil dalam air secara terus-menerus karena memburu bakteri dan ganggang mikroskopis (fitoplankton) yang menjadi makanan mereka.
Hal ini tentu tidak diduga sebelumnya, mengingat bentuk fisik kerang yang cenderung statis, dan tidak dilengkapi dengan bulu, tangan, atau kaki. Secara lebih detail, hasil penelitian ini dipublikasikan secara online pada 13 Juli 2014 di Environmental Science and Technology.
Bukan untuk Dimakan
Kerang hijau memang diakui memiliki kemampuan untuk menjernihkan air secara alami. Departemen Konservasi PT Pembangunan Jaya Ancol seperti ditulis laman Tempo, telah melakukan penelitan soal fungsi kerang hijau untuk mengurangi polutan di lautan sejak 2018 lalu, saat program restorasi Kerang Hijau akan dimulai.
Menurut Yus, Ancol pernah melakukan eksperimen pada 13 Februari 2018. Mereka meletakkan lima kilogram kerang hijau dalam akuarium di Karantina Seaworld Ancol dan dalamnya ditambahkan air laut hasil backwash filter sebanyak 50 liter. Setelah didiamkan selama satu jam kondisi air menjadi jernih dan mengalami penurunan N03 (nitrat) dari 13,5 mg/l menjadi 3,4 mg/l.
Kondisi air laut di Teluk Jakarta yang memprihatinkan membuat Ancol merancang program penanaman kerang hijau tersebut. Menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2018, setiap hari sebanyak 21 ton sampah mengalir masuk ke Teluk Jakarta dari 13 sungai yang bermuara di sana.
Sampah tersebut membawa material limbah cair dari pemukiman maupun industri yang mencemari perairan Teluk Jakarta hingga mengancam ekosistem hewan laut.
Ancol sebenarnya sudah mulai mengimplementasikan program ini pada akhir 2018 lalu. Hasilnya, menurut Yus yang merupakan dokter hewan, cukup signifikan.
Pada Februari lalu, dua bulan setelah dilakukan penebaran kulit kerang, beberapa biota laut mulai tampak. Jenis ikuan seperti Golden travelly, ikan buntal, sersan mayor, ketang-ketang hingga bulu babi mulai tumbuh subur di area penebaran.
Nantinya, jika populasi kerang hijau di Teluk Jakarta telah terbentuk, maka keanekaragaman serta jumlah biota laut yang ada di sana akan bertambah, Dia menjelaskan, kerang hijau merupakan substrat atau landasan keras untuk meletakkan telur berbagai biota laut.
Restorasi Kerang Hijau baru dikenal lima hingga 10 tahun terakhir. Program serupa juga dilakukan sejumlah negara di dunia seperti Revive our gulf di New Zealand pada 2012 dan Billion oyster project di New York pada 2009.
Gerakan ini menginspirasi Ancol melakukan upaya serupa merestorasi kerang hijau karena tantangan dan kondisi yang dihadapi pantai Ancol hampir sama yakni kualitas air menurun dan keanekaragamannya berkurang. Untuk Indonesia,
Soal kerang hijau yang saat ini menjadi salah satu makanan favorit masyarakat, Yus menyatakan tak menyarankan kerang jenis ini untuk dikonsumsi terutama yang berasal dari Teluk Jakarta.
“Kerang hijau memiliki peran memfilter kotoran dan logam berat, jadi tidak layak dikonsumsi. Kalau mau makan seafood, mending cari yang lain. Kalau pun mau konsumsi kerang hijau, cari di lokasi selain Jakarta,” kata Yus. (Hilal)