linimassa.id – Di Indonesia, anggar tidak sepopuler bulu tangkis. Anggar adalah olahraga ilmu bela diri. Kata anggar diambil dari bahasa Prancis “en garde” yang memiliki makna “bersiap”.
Olahraga ini ternyata termasuk olahraga mewah loh. Hal ini dapat dilihat dari bahan pakaiannya saja yang terbuat dari sutra yang dikenal mewah dan mahal.
Anggar adalah seni adat olahraga yang masih termasuk ke dalam ketangkasan menggunakan senjata. Permainan ini bisa dibilang cukup berbahaya, karena teknik permainannya dilakukan dengan menusukkan, menangkis dan memotong ke arah lawan. Tentu saja diperlukan kelincahan tangan dan gerakan tubuh untuk menghindari.
Anggar sangat berkembang di seluruh Eropa. Perlahan-lahan anggar pun mulai di ajarkan di sekolah-sekolah dan jadilah cabang ini yang sekarang tidak hanya dipelajari oleh orang Eropa, tetapi seluruh dunia.
Dulu permainan pedang anggar benar-benar mempertaruhkan nyawa. Karena tidak ada pelindung badan seperti sekarang. Jika terjadi dual, yang kalah akan mati.
Seiring perkembangan zaman, perlindungan badan mulai digunakan. Pedang yang digunakan pun tidak lagi pedang sungguhan.
Senjata yang digunakan anggar disebut epee. Sebenarnya dahulu anggar digunakan sebagai bentuk pertahanan diri dan bela diri.
Olahraga anggar ternyata sudah mulai diakui dalam olympic games di Athena sejak 1896. Dulu senjata yang digunakan masih menggunakan tiga jenis, yaitu the foil, the sabre dan the epee.
Sejarah
Olahraga anggar muncul setelah terjadi kemunduran masa ksatria feodal dan mulai muncul orang borjuis. Dulu olahraga ini menggunakan alat pedang, namun karena sudah tidak ada lagi peperangan dan karena perkembangan jaman, komposisi pedang tidak lagi berat dan menjadi ringan, sehingga dalam permainan anggar lebih lincah.
Jerman salah satu negara pertama yang memperkenalkan anggar di abad ke-14. Seperti disinggung sebelumnya, bahwa olahraga ini awalnya tidak ada perlindungan sama sekali.
Ada salah satu Bangsawan Spanyol, Kapten Cordoba, orang yang pertamakali menggunakan pelindung tangan.
Dari sinilah mulai memodifikasi cabang olahraga yang cukup membahayakan ini. Misalnya mengubah pedang sungguhan menjadi pedang kecil yang tidak berbahaya.
Berlanjut di abad ke-15 mulai banyak sekolah di Eropa yang mempelajari anggar. Berlanjut ke abad 16 banyak lahir atlet berbakat dari Eropa. Maka tidak heran jika akhirnya Eropa meresmikan permainan anggar Ranier.
Mengingat sudah dijadikan sebagai cabang olahraga anggar yang dipertandingkan, dibuatlah peraturan olahraga anggar.
Pada 1570, bangsawan Perancis bernama Hendry Saint-Didier akhirnya melahirkan istilah pada gerakan anggar. Pada 1680 Count Koeningsmarken menggagas jenis-jenis senjata anggar meliputi floret, degen dan sabel.
Saat itu, anggar sebagai bentuk pertandingan duel antar negara dalam perang Revolusi. Namun setelah itu anggar sebagai cabang olahraga yang hanya dimainkan oleh kelas bangsawan saja.
Pada abad ke-17 memodifikasi pedang menjadi lebih pendek. Di abad 17 anggar digunakan untuk mempertahankan kehormatan, baik kehormatan diri sendiri maupun untuk sang kekasih. Maka para bangsawan laki-laki pun banyak yang mempelajarinya.
Meskipun sudah banyak modifikasi pengantin pedang, tetap banyak yang melukai mata. Maka peraturan permainan anggar dikembangkan, yaitu diminimalisir agar mengurangi risiko luka apapun itu.
Abad ke-18 La Boissiere menemukan masker sebagai pelindung. Peraturan permainan anggar pun masih terus dikembangkan hingga sekarang permainan ini lebih aman. Barulah olahraga anggar masuk dalam olimpiade di tahun 1896 dan singkat cerita, olahraga ini masih banyak dilirik.
Masuk Indonesia
Anggar di Indonesia ternyata sudah digunakan sejak zaman kerajaan Majapahit. Bela diri ini dulu masih menggunakan keris, tombak dan pedang.
Saat diJajah belanda, bela diri menggunakan senjata tajam di larang, yang melarang akan mendapatkan sanksi hukum berat.
Para penjajah Belanja pun setelah sekian lama, memperkenalkan anggar. Itupun hanya digunakan oleh orang-orang tertentu, hanya untuk kalangan militer. Dimana anggar kala itu menjadi bela diri wajib yang harus dipelajari.
Sekolah yang memberikan pelatihan anggar di Indonesia kala itu berada di Sekolah Olahraga Militer di Bandung. Lama pendidikan selama satu tahun dan dilatih secara langsung dari pelatih Belanda. Selain di Bandung, ada juga yang di Magelang.
Anggar pun menarik perhatian masyarakat Indonesia secara umum. Saat anggar resmi jadi olahraga anggar, Indonesia pun tidak kalah ingin berperan dan mampu melahirkan tokoh militer anggar. Diantaranya ada Dr. Singgih Suparman, Warsim, Maryono, Atmosuwirdjo dan masih banyak lagi
Lahirnya para tokoh di atas, yang menjadi estafet perkembangan olahraga anggar di seluruh Indonesia.
Pada 1948 anggar ditampilkan dalam PON I untuk demonstrasi. Baru di PON II kejuaraan Anggar. Di PON III mulai muncul wajah-wajah pemain anggar dari usia muda. (Hilal)