linimassa.id – Dikenal sebagai bumbu dapur, kecap hadir dalam wujud cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin.
Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada juga kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin.
Kecap manis biasanya bertekstur kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin bertekstur lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut.
Bukan hanya berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.
Berikut ini beberapa jenis kecap yang ada di dunia beserta bahan pembuatnya:
- Kecap manis merupakan produk fermentasi kedelai dengan dua tahap pembuatan, koji dan moromi.
- Kecap asin atau dalam bahasa Inggrisnya adalah soy sauce, atau saus kedelai, karena kata ketchup dalam bahasa Inggris merujuk pada saus tomat.
- Kecap air kelapa berbahan baku air kelapa.
- Kecap ampas tahu, berbahan baku sisa (ampas) tahu.
- Kecap inggris (worcestershire sauce atau worcester sauce), sejenis kecap dengan rasa mustard Inggris yang kuat.
- Kecap ikan, berbahan baku ikan.
- Selain itu masih banyak variasi kecap lainnya di berbagai negara, misalnya shoyu di Jepang, dan ganjang di Korea.
Variasi rasa kecap biasanya disebabkan karena adanya berbagai metode dan durasi fermentasi, perbandingan air, garam, kedelai yang berbeda-beda, dan juga disebabkan bahan tambahan yang dicampurkan ke dalamnya.
Di Indonesia jenis kecap manis memang sudah populer sebagai bumbu penyedap, diperkirakan sejak abad ke-18.
Bahkan, kecap juga diperkirakan sudah masuk Nusantara jauh sebelum itu, ketika imigran asal Tiongkok memperkenalkan kecap asinnya. Akulturasi budaya yang tercampur dalam setiap tetesan kecap yang kita nikmati, rupanya membawa kisah tersendiri bagi para produsennya.
Di Indonesia terdapat puluhan merek kecap lokal yang memiliki kecap khas buatan masing-masing daerah.
Asal Mula
Kata “kecap”, diduga diambil dari bahasa Melayu Semenanjung dan dari bahasa Amoy kôechiap atau kê-tsiap. Sementara Aksara Hanzi untuk kôechiap yang benar masih dipertentangkan.
Penggunaan nama ke’tsiap terbilang cukup sulit diucapkan hingga akhirnya berubah penyebutannya menjadi kecap.
Rasa kecap selalu mendapatkan pengembangan yang cukup signifikan di setiap negara dan tentunya selalu disesuaikan dengan lidah maysarakat setempat.
Pada dasarnya, kecap bukanlah produk bumbu penyedap yang berasal dari Nusantara, diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun sebelum masehi. Di mana para bangsa Romawi menggunakan kecap sebagai penambah rasa makanan pada saat itu.
Namun, pada masa Romawi penyedap rasa tersebut bukan kecap namanya melainkan liquamen. Dari seri cita rasa yang ditawarkan, liquamen memang memiliki rasa yang hampir mirip dengan kecap buatan Tionghoa. Sedangkan untuk bahan baku pembuatan liquamen sendiri adalah terbuat dari petis teri, cuka, minyak dan merica.
Seiring berjalannya waktu hingga memasuki 1699, bangsa Tionghoa menggunakan jenis saus serupa yang memiliki nama Ke’tsiap.
Sejak saat ini ke’tsiap mengalami perkembangan secara terus menerus hingga menggunakan bahan baku kedelai hitam sebagai racikan utamanya.
Pada saat sebagian Tionghoa melakukan ekspansi hingga ke wilayah Asia Tenggara, mereka bertahan hidup dengan metode berjualan ke’tsiap di beberapa Kawasan Melayu seperti wilayah Singapura, Indonesia, Thailand hingga ke Filipina. Dan pada saat itulah ke’tsiap mulai bisa masuk ke Indonesia.
Jadi, bisa dibilang jika kecap manis adalah hasil akulturasi budaya Jawa dengan Tionghoa. Pada awalnya, para pedagang Tionghoa yang datang ke Indonesia membawa berbagai macam jenis barang untuk ditukarkan dengan hasil bumi serta olahan khas Indonesia.
Di mana salah satu barang yang dibawah oleh para Tionghoa pada saat itu adalah kecap asin atau soy sauce. Akan tetapi, kultur budaya masyarakat Jawa ternyata tidak begitu suka dengan kecap asin. Dari situlah, para pedagang Tionghoa mulai melakukan pengembangan pada kecap yang disesuaikan dengan selera masyarakat Jawa.
Gula kelapa menjadi alternatif bahan baku yang ditambahkan ke dalam kecap asin hingga menjadi kecap manis.
Sejak saat itu lahirlah kecap manis yang sudah disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa yang memang begitu suka dengan citra rasa manis.
Pada 1882 mulai dibangun pabrik kecap pertama di Indonesia. Lokasi pembangunan pertama pabrik kecap tersebut adalah di wilayah Pasar Lama, Tangerang.
Pabrik kecap tersebut dikelola oleh Teng Hang Soey. Hingga saat ini pabrik kecap tertua di Indonesia masih tetap bisa beroperasi dengan baik.
Untuk merek yang digunakan berubah, awalnya menggunakan nama Teng Giok Seng dan berubah menjadi Kecap Cap Istana. Tentunya Kecap Cap Istana menjadi merek kecap tertua yang ada di Indonesia.
Lambat laun muncul merek kecap berikutnya dengan merek Kecap Cap Orang Jualan Sate yang awalnya didirikan oleh Ong Tjin Boen di wilayah Purbolinggo, Jawa Timur Tahun 1889. Bagi masyarakat Tangerang dan sekitarnya, tak hanya ada Kecap Teng Hang Soey ternyata masih ada merek lain yaitu Kecap Benteng Cap SH.
Kecap ini sudah diproduksi sejak 1920 dan masih terus bertahan dengan baik sampai saat ini. Kecap Benteng Cap SH dibuat oleh Lo Tjit Siong dan untuk pabrik dari kecap tersebut dipopulerkan oleh para kaum peranakan Tionghoa yang berada di Kota Tangerang.
Produk masyarakat Tionghoa tersebut luntuk saat ini kerap dijadikan sebagai panganan oleh-oleh bagi para wisatawan yang sedang mengunjungi Kota Tangerang.
Selain kecap manis, mereka juga menyediakan varian lain yaitu kecap asin. Adanya produk tersebut menjadi salah satu sisi sejarah peranakan Tionghoa yang ada di daerah Tangerang.
Itu dia tentang kecap, si hitam manis penyedap makanan dan penggugah selera. (Hilal)