linimassa.id – Dua periode menjabat, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah dan Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin tak satu pun membangun rumah sakit daerah.
Padahal, keduanya terhitung sudah 10 tahun menjabat di periode 2013-2018 dan periode 2018-2023 memimpin pembangunan dan pemerintahan di Kota Tangerang. Tahun ini, jabatan mereka habis sekira September 2023.
Keduanya, cukup berpuas diri mengandalkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang meski statusnya masih tipe C sebagai pusat pelayanan kesehatan dan pengobatan masyarakat Kota Tangerang.
Jika tak dapat menampung, masyarakat terpaksa harus memilih rumah sakit swasta yang ada di Kota Tangerang dengan fasilitas yang lebih memadai salah satunya Rumah Sakit Sari Asih yang tersebar dibeberapa titik di wilayah Kota Tangerang.
Lalu, mengapa Arief dan Sachrudin tak mampu membangun rumah sakit daerah meski 10 tahun memimpin Kota Tangerang? Jawaban soal itu, tentu hanya mampu dijawab oleh Arief-Sachrudin.
Arief Sebut Kota Tangerang, Kota dengan Fasilitas Kesehatan Terbanyak di Banten
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah pun menanggapi soal pertanyaan tersebut saat diwawancara pada Senin (23/3/2022).
Saat itu, Arief justru bangga meski tak membangun rumah sakit tetapi Kota Tangerang diklaim sebagai kota yang memiliki fasilitas kesehatan terbanyak di Banten.
“Kota Tangerang itu kota dengan fasilitas kesehatan terbanyak se-Provinsi Banten, harusnya berapa dibangun RSUD? Jadi udah cukup rasanya ya. Kita ngitung rasio tenaga kesehatan udah paling banyak, fasilitas kesehatan paling banyak, insyallah masyarakat Kota Tangerang semua bisa dilayani dengan baik. Bahkan kota ini melayani juga masyarakat disekitarnya kok, dari Kabupaten (Tangerang), dari Tangsel (Tangerang Selatan), ada yang dari Serang ikut kesini,” beber Arief dikutip dari titikkata.id.
Tetapi, Arief kemudian memberikan tanggapan berbeda ketika ditanyai soal yang sama. Berbeda dengan pernyataan sebelumnya, Arief tiba-tiba mengeklaim, pihaknya sedang proses melakukan pembangunan dua rumah sakit.
“Ada dua RSUD, ada RSUD Jurumudi yang insyallah mudah-mudahan tahun ini bisa operasional. Ada satu lagi RSUD Panunggangan Barat yang sudah disiapkan, sedang dipersiapkan lelang. Jadi informasi dua yang informasi yang gak pernah dibangun RSUD dari siapa ya wartawan? Jawab! Jadi wartawan jangan cuma bikin isu gitu lho, oke,” kata Arief, Senin(22/5/2023).
Meski diklaim sedang dalam proses lelang untuk pembangunan, hingga Senin (29/5/2023) tak ada informasi lelang yang berkaitan dengan pembangunan dua rumah sakit yang disebut Arief.
Hampir 2 Triliun APBD untuk BPJS Kesehatan Masyarakat Miskin Mengalir ke RS Swasta
Diketahui saat ini tercatat 383.387 warga Kota Tangerang yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan kesehatan. Bukannya membangun rumah sakit untuk memberi fasilitas kesehatan, Arief-Sachrudin memilih mengucurkan miliaran rupiah untuk membayar iuran kesehatan warga miskin ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui program Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Sumber anggaran pembayaran itu menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Tangerang. Padahal, selain untuk memaksimalkan layanan kesehatan, RSUD dapat memberi kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi pelayanan kesehatan, yang kemudian PAD tersebut bisa di pergunakan kembali untuk membiayai program-program Pemerintah Daerah untuk pelayanan kesehatan.
Peluang untuk menambah PAD melalui retribusi pelayanan kesehatan, dapat terlihat dari jumlah klaim BPJS kesehatan seluruh RS di Kota Tangerang, untuk Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) ditahun 2022 sebanyak Rp863.368.573.974 sedangkan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) ditahun 2022 sebanyak Rp1.106.802.529.012. Total diperkirakan mencapai sekira 2 triliun.
Angka klaim BPJS Kesehatan itu termasuk yang bersumber dari APBD Kota Tangerang pada akhirnya sebagian besar mengalir ke Rumah Sakit-Rumah Sakit swasta.
“Kalo 2022, rumah sakit sama tadi Sari Asih Sangiang jumlah kasusnya 212.173 total biaya Rp62.749.539.500 dan rumah sakit umum An Nisa kasus 208.957 total biaya Rp59.188.302.100 dan rumah sakit Hermina Tangerang 187.845 dan dengan jumlah biaya Rp52.993.522.500, ini rawat jalan tingkat lanjutan,” kata Kepala BPJS Kota Tangerang, Ratih Trinastiti Dewayani ditemui di kantornya, Selasa (9/5/2023).
“Rawat inap yang pertama, kasus tinggi di rumah sakit Sari Asih Sangiang (dengan) 16.699 (kasus) total biaya Rp66.943.878.800, (RS) Bhakti Asih (dengan) 13.806 (kasus) biaya Rp65.565.651.300 dan rumah sakit Sari Asih Cipondoh jumlah kasus 13.390 dengan total biaya Rp48.649.696.450,” tandasnya.
Lalu, kenapa Arief dan Sachrudin seperti mengacuhkan potensi PAD dari retribusi layanan kesehatan itu?
Sementara, pendapatan pelayanan kesehatan yang bersumber dari RSUD Kota Tangerang dapat diperkirakan tidak terlalu banyak berkontribusi terhadap PAD, mengingat statusnya masih tipe C, lalu daya tampung serta fasilitasnya yang belum memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, pihak RSUD Kota Tangerang saat dikonfirmasi pada Senin (29/5/2023) hingga berita ini ditayangkan masih belum memberikan data terkait jumlah warga miskin yang menjalani pengobatan menggunakan BPJS Kesehatan yang ditanggung oleh APBD Kota Tangerang.
Hingga berita ini ditayangkan, redaksi masih mengumpulkan sejumlah informasi dan data terkait pembangunan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi warga Kota Tangerang. (vyh)