SERANG, LINIMASSA.ID – Meski angka kasus tuberkulosis atau TBC di Banten mencapai lebih dari 40 ribu orang, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai kondisi ini justru merupakan pertanda positif.
Alasannya, semakin banyak kasus ditemukan, maka semakin cepat pula pasien mendapatkan pengobatan yang tepat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, dr. Ati Pramudji Hastuti, menyampaikan bahwa hingga tahun ini pihaknya telah berhasil mendeteksi 93 persen kasus TBC di Banten dari target nasional sebanyak 50.298 kasus.
“Kami tidak akan berhenti di angka 90 persen. Kami terus berupaya agar semua suspek TBC bisa diperiksa dan segera mendapat pengobatan,” ujar Ati.
Capaian tersebut menempatkan Banten sebagai provinsi dengan penanganan TBC di Banten terbaik di Indonesia. Ati menjelaskan, keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor, termasuk di tingkat desa.
Saat ini, setiap desa dan kelurahan di Banten memiliki lima kader TBC aktif yang melakukan pelacakan kasus langsung di masyarakat.
“Kalau di provinsi lain satu kader menangani satu desa, di Banten ada lima. Jadi penemuan kasus bisa lebih cepat dan menyeluruh,” ungkap Ati saat mendampingi Gubernur Banten Andra Soni dan Sekda Deden Apriandhi dalam kunjungan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) dr. Benjamin Paulus Octavianus di Kota Tangerang, Selasa 11 November 2025.
Pemberantasan TBC di Banten
Wamenkes Benjamin memberikan apresiasi atas capaian Banten tersebut. Ia menyebut Banten sebagai provinsi dengan kinerja pemberantasan TBC di Banten terbaik di Indonesia, dan akan dijadikan percontohan nasional pada tahun 2026.
“Kami datang ke Banten karena capaian penanganan TBC-nya tertinggi di Indonesia,” kata Benjamin.
Menurutnya, keberhasilan Banten tidak hanya terlihat dari tingginya angka kesembuhan, tetapi juga perhatian terhadap keluarga yang berisiko tertular TBC.
“Banten luar biasa karena tidak hanya fokus mengobati pasien, tapi juga melindungi keluarganya. Angkanya mencapai 52 persen, sementara di provinsi lain rata-rata masih di bawah 10 persen,” terangnya.
Di Kota Tangerang sendiri, terapi pencegahan TBC sudah mencapai 92 persen, melampaui target nasional sebesar 72 persen.
“Kalau ingin benar-benar menuntaskan TBC, capaian harus 100 persen. Karena seperti COVID-19, selama masih ada kuman yang bertahan, penyakit akan tetap ada,” tegas Benjamin.
Ia menambahkan, secara nasional masih terdapat sekitar 390 ribu penderita TBC yang belum terdeteksi dari total estimasi 1,09 juta kasus di Indonesia. Pemerintah menargetkan eliminasi TBC hingga nol kasus, agar Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara maju dalam hal kesehatan masyarakat.
Benjamin juga mengingatkan bahwa pemberantasan TBC tidak bisa dilakukan hanya oleh sektor kesehatan. Faktor ekonomi, gizi, dan kondisi rumah masyarakat berpenghasilan rendah juga berpengaruh besar terhadap penyebaran penyakit tersebut.
“Penanganan TBC harus lintas sektor. Kita butuh sinergi antara kementerian dan pemerintah daerah,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, Kemenkes akan menyalurkan 24 unit alat rontgen portable untuk memperkuat deteksi dini TBC di Banten.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni menyampaikan apresiasi kepada Kemenkes atas dukungan yang diberikan. Ia menegaskan, capaian ini merupakan hasil kerja keras bersama seluruh pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.
“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkomitmen menemukan dan menyembuhkan pasien TBC di Banten. Ini kerja kolektif yang luar biasa,” tutur Andra.



