LINIMASSA.ID – Fenomena Oplos Pertamax kini ramai dibahas di berbagai platform digital setelah mencuatnya dugaan praktik pencampuran bahan bakar yang menyeret petinggi Pertamina.
Fenomena oplos pertamax ini tidak hanya menjadi topik diskusi serius, tetapi juga digunakan sebagai sindiran tajam terhadap dugaan penyimpangan dalam distribusi BBM.
Melalui media sosial, masyarakat menanggapi kasus oplos pertamax dengan berbagai cara, termasuk membuat meme, cuitan satir, dan video parodi.
Fenomena oplos pertamax mencerminkan kekecewaan publik terhadap pengelolaan energi di Indonesia, terutama dalam hal transparansi dan kepercayaan terhadap kualitas BBM yang mereka beli.
Munculnya dugaan praktik penyimpangan oplos pertamax dengan pertalite mendorong masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka secara kreatif.
Di berbagai platform media sosial, banyak yang mengekspresikan frustrasi mereka dengan membuat jokes sarkastik.
Salah satu cuitan yang viral berbunyi sebagai berikut.
“Sengaja beli Pertamax biar lebih bersih, ternyata kena yang oplosan. Ini sih kayak pesan air mineral tapi dapet air isi ulang!”.
Di Instagram, akun @mapantaproject mengunggah sebuah postingan yang menyatakan, “Sengaja pake Pertamax biar gak ambil hak subsidi, ternyata dioplos juga,” tulisnya.
Sementara itu, akun TikTok Danang Giri Sadewa mengunggah kritik satir dengan menuliskan, “Ternyata kita bisa buat Pertamax cuma modal ganti nama doang ya? Kenapa sih hal-hal sekecil ini gak diajarin waktu kuliah?”.
Dugaan Korupsi dan Kerugian Negara
Di balik viralnya istilah Oplos Pertamax, terdapat kasus besar yang sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung RI.
Sebanyak tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan penyimpangan tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina (Persero) periode 2018-2023, termasuk Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan.
Salah satu modus yang diungkap adalah pencampuran Pertalite dengan Pertamax, yang kemudian dijual sebagai Pertamax murni.
Tindakan ini diduga menyebabkan kerugian negara yang mencapai Rp 193,7 triliun. Publik pun semakin geram, mengingat kenaikan harga BBM dalam beberapa tahun terakhir, sementara kualitasnya kini dipertanyakan.
Pernyataan Resmi dari Pertamina Soal Pertamax Oplosan
Terkait isu yang berkembang, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menegaskan bahwa seluruh BBM yang disalurkan tetap sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah.
Ia memastikan bahwa Pertalite memiliki RON 90, sementara Pertamax tetap mempertahankan RON 92, sebagaimana standar yang berlaku. Pernyataan ini bertujuan untuk mengurangi keresahan publik terkait kualitas BBM yang mereka konsumsi.
Meskipun demikian, banyak masyarakat yang masih mempertanyakan transparansi dan meminta investigasi lebih lanjut untuk mengungkap pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam dugaan penyimpangan ini.
Viralnya istilah Oplos Pertamax di media sosial menunjukkan bagaimana masyarakat tidak hanya memperhatikan kasus ini secara serius, tetapi juga menjadikannya bahan kritik melalui humor.
Jokes yang beredar mencerminkan ketidakpercayaan publik terhadap pengelolaan energi di Indonesia dan menegaskan bahwa transparansi adalah hal yang sangat dinantikan.
Dengan semakin besarnya perhatian masyarakat terhadap kasus ini, pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memberikan kejelasan serta tindakan konkret dalam menyelesaikan masalah ini.
Kepercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintah akan bergantung pada bagaimana kasus ini ditangani secara transparan dan adil.