SERANG, LINIMASSA.ID – Provinsi Banten mengalami defisit cabai hingga 44 Ribu ton. Dimana, kebutuhan konsumsi warga Banten terhadap cabai ini lebih banyak dan tidak sebanding dengan tingkat produksi cabai di daerah.
Hal itu diketahui dari neraca ketersediaan dan kebutuhan komoditas strategis Hortikultura tahun 2024.
Dalam neraca itu disebutkan jika kebutuhan masyarakat akan komoditas cabai besar dalam satu tahun mencapai 45,822 ton.
Sementara, realisasi produksi hanya 1,781 ton, sehingga Banten mengalami defisit hingga 44,041 ton untuk cabai besar.
Sama halnya dengan komoditas cabai rawit, dimana kebutuhan warga mencapai 28,670 ton dalam satu tahun. Kebutuhan itu sangatlah tinggi, sebab kemampuan produksi petani di Banten pada komoditas itu hanya 1,205 ton saja.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten Agus M Tauchid membenarkan. Katanya, sentra produksi cabai di tanah jawara ini masih terbatas dan hanya dihasilkan oleh beberapa daerah saja seperti Kabupaten Serang, Lebak, Pandeglang, Tangerang dan Kota Serang saja.
“Betul Banten untuk cabai rawit mengalami defisit yang cukup tinggi, 24,609 ton untuk cabai rawit dan 44,041 ton cabai besar. Ini kondisi real,” kata Tauchid.
Ia mengatakan, produksi cabai sendiri tidaklah murah dan segampang produksi padi, dimana pola tanam dan masa tanam cabai yang berbeda serta lebih lama ketimbang jenis sayuran lainnya.
Belum lagi tanaman yang memerlukan perawatan ekstra, khususnya dalam kebutuhan air, dan juga harganya yang naik turun, maka tidak heran jika banyak petani yang lebih memilih untuk produksi komoditas tani lain.
“Patani di Banten itu 60 persennya merupakan petani penggarap. Dan karena tingginya cost budidaya cabai, akhirnya mereka lebih memilih untuk tanam padi. Karena padi itu bisa bagi hasil antara penggarap dengan pemilik lahan, sementara cabai kan enggak bisa,” ujarnya.
Selain cabai, Tauchid juga melaporkan hal serupa untuk komoditas bawang. Dimana, kebutuhan konsumsi bawang merah di Banten dalam satu tahunnya mencapai 23,524 ton.
Sementara, realisasi produksi para petani hanya 984 ton saja. Dalam artian, komoditas ini mengalami defisit hingga 22,539 ton.
Meskipun demikian, pihaknya tidak tinggal diam dengan terus memberikan edukasi dan mensupport para petani cabai dan bawang merah agar dapat meningkatkan produktivitasnya.
Seperti pada tahun ini, Pemprov Banten bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan program Sekolah Lapang.
Dimana, dalam program ini pihaknya menyediakan lahan seluas 20 hektar di Kecamatan Kasemen, Kota Serang sebagai media edukasi para petani dalam melakukan pembudidayaan cabai.
“Tahun ini kita menganggarkan bantuan baik itu pupuk, maupun benih untuk 17 hektar lahan cabai, dan 20 ton bawang merah. Kita ingin bagaimana produktivitas cabai dan bawang di Banten ini dapat meningkat. Sebab lahan di Banten ini sangatlah subur, dan berpotensi untuk ditanami kedua komoditas itu,” ungkapnya.
Ketersediaan Cabai di Banten Dipastikan Aman

Kebutuhan cabai masyarakat Banten sangatlah tinggi, per tahun saja kebutuhan konsumsinya dapat mencapai 45,822 ton, sementara produksi cabai lokalnya hanya diangka 1,781 ton, alhasil Banten mengalami defisit hingga 44,041 ton untuk cabai besar.
Selain cabai, bawang merah juga mengalami defisit. Dimana, kebutuhan konsumsi bawang merah di Banten dalam satu tahunnya mencapai 23,524 ton. Sementara, realisasi produksi para petani hanya 984 ton saja. Dalam artian, komoditas ini mengalami defisit hingga 22,539 ton.
Meskipun demikian, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten Agus M Tauchid memastikan bahwa kebutuhan masyarakat akan cabai dan bawang di Banten dapatlah tercukupi. Sebab, Pemprov Banten sudah bekerja sama dengan sejumlah daerah untuk mensuplai kedua komoditas itu.
Berdasarkan data yang dirinya peroleh, neraca ketersediaan pangan pada minggu keempat bulan Januari 2025 ini menunjukan ketersediaan yang mencukupi bahkan surplus pada 12 komoditas pangan, termasuk cabai dan bawang merah.
Ketersediaan bawang merah mencapai 3.257 ton dari total kebutuhan 3.052 ton atau surplus hingga 205 ton, cabai rawit juga surplus sebesar 557 ton dari total ketersediaan sebanyak 4.630 ton dengan kebutuhan 4.073 ton.
“Insyaallah kebutuhan cabai kita masih dapat terpenuhi,” kata Tauchid.
Ia mengungkapkan, sejauh ini, kebutuhan cabai dan bawang merah yang defisit itu ditompang oleh pasokan dari luar Banten melalui kerjasama antar daerah.
Menurutnya, jika pun ingin lepas dari tompangan itu, maka dibutuhkan kerjasama semua pihak termasuk swasta dalam upaya meningkatkan produktivitas cabai dan bawang di Banten.
“Misalkan dari pihak swasta yang mempunyai lahan untuk dapat memberikan CSR nya kepada para petani, atau masyarakat agar dapat menanami lahan itu dengan komoditas cabai atau bawang. Kita yakin dengan begitu kebutuhan cabai masyarakat dapat tercukupi,” tuturnya.