Tangsel, LINIMASSA.ID – Baru-baru ini Badan Pusat Statistik atau BPS merilis data perhitungan indikator angka atau umur harapan hidup kini menggunakan data Long Form Sensus Penduduk 2020 (LF SP2020). Yang dilakukan di Kota Tangerang Selatan.
Menurut data BPS tersebut, Kota Tangerang Selatan kembali mencatatkan kemajuan di bidang pembangunan manusia.
Jika melihat data BPS, yakni pada tahun 2023, Angka Harapan Hidup (AHH) di Kota Tangerang Selatan mencapai 75,64 tahun, melampaui rata-rata nasional yang berada di angka 73,93 tahun.
Pencapaian ini tidak hanya lebih tinggi dibandingkan angka nasional, tetapi juga menunjukkan tren positif dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika melihat data BPS pada tahun-tahun sebelumnya, yakni pada 2021, angka harapan hidup di Kota Tangerang Selatan tercatat 75,16 tahun, meningkat menjadi 75,40 tahun pada 2022, sebelum akhirnya mencapai rekor tertinggi pada 2023.
Dengan capaian ini, itu berarti masyarakat Tangerang Selatan memiliki kemampuan bertahan hidup hingga usia 75 atau 76 tahun, salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Sebagai informasi lebih lanjut mengenai apa itu angka harapan hidup, berikut ini penjelasannya menurut beberapa sumber:
Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir, dengan asumsi kondisi kematian saat ini tetap sama. Indikator ini mencerminkan kualitas kesehatan dan akses pelayanan medis di suatu wilayah.
Angka harapan hidup juga merupakan salah satu indikator penting dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Sementara, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator komposit yang digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan di suatu wilayah.
IPM mencakup tiga dimensi utama: kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Meskipun tidak dapat mengukur seluruh aspek pembangunan manusia, IPM menjadi tolok ukur penting dalam memahami kemampuan dasar masyarakat di suatu wilayah.
Tingginya angka atau umur harapan hidup ini juga tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat, dan diikuti dengan kampanye pola makan sehat.
Selain kesadaran individu, keberadaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai menjadi faktor pendukung utama.
Dengan begitu, kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, serta akses terhadap layanan media yang mudah menjadi indikator dalam peningkatan angka harapan hidup ini.