Linimassa.id – Setiap 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hari Kereta Api Indonesia diadakan untuk mengingat sejarah panjang mengenai awal mula adanya salah satu transportasi darat ini di Indonesia.
Momen ini tidak hanya merayakan keberadaan moda transportasi kereta api, tetapi juga mengingat sejarah panjang dan pentingnya kereta api bagi perkembangan infrastruktur dan ekonomi negara.
Berikut 7 hal seputar peringatan ini.
Asal Mula
Alasan ditetapkannya Hari Kereta Api Indonesia yakni untuk mengenang aksi patriotik para buruh kereta api dalam mengambil alih Balai Besar Kereta Api Bandung dari tangan penjajah.
Laman Kementerian Perhubungan RI menyebut, kejadian berawal ketika pasca kemerdekaan, Indonesia tidak bisa mengambil alih perusahaan perkeretapian dari tangan Jepang. Hal itu membuat para pejuang dan serekat pekerja kereta api mulai menyuarakan nasib kereta api kepada Menteri Perhubungan saat itu.
Para buruh kereta api yang tergabung dalam Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) selanjutnya melancarkan aksi untuk merebut otoritas pegelolaan kereta api dari tangan penjajah.
Ribuan pegawai kereta api (KA) dan angkatan muda KA (AMKA) yang saat itu bekerja di bawah otoritas Jepang menduduki Balai Besar KA Bandung dan mengambil alih kekuasaan kantor itu dari tangan jepang.
AMKA menyatakan bahwa sejak 28 September kekuasaan perkeretaapian Indonesia resmi di bawah otoritas pemerintahan Republik Indonesia. Peristiwa itu sekaligus menjadi tanda berdirinya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Nama DKARI kemudian mengalami banyak perubahan. Mulai dari dirubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perusahaan umum Kereta Api (Perumka), PT Kereta Api (KA) (Persero) dan barulah pada tahun 2010, nama PT KA diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI). Kini, setiap tanggal 28 September selalu diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional.
Tujuan Kereta Api
Tujuan dibangunnya kereta api zaman dulu sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi, perkebunan dan juga tambang. Jalur kereta api juga digunakan untuk membawa kopi dari daerah pedalaman ke pusat perdangangan.
Awal mula adanya kereta api dimulai pada tahun 1864, dimana Gubernur Jendral Hindia Belanda Sloet Van Beele melakukan jalur yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta. Adapun perusahaan pertama yang memulai proyek pembangunan kerta api adalah Nederlands-Indische Spoorweden Maatschappij (NISM).
Dari situ lah kemudian mulai menyusul pembangunan jalur perkerataapian ke berbagai rute di Pulau Jawa. Keberhasilan NISM membangun jalur perkeretaapian di Indonesia membuat Hindia Belanda ingin membuat perusahaan sendiri. Mereka akhirnya mendirikan Staat Spoorwagen (SS).
SS berhasil membangun jalur kereta api yang membentang antara Surabaya hingga Pasuruan dengan panjang lintasan hingga 63 kilometer.
Pembangunan rel kereta api melebar ke Sumatera dan dibangun oleh perusahaan Kereta Api Swasta Deli Spoorweg Maatschapijj (DSM). Pasca pemerintahan Belanda diambil alih oleh Jepang, mereka kemudian memangkas jalur rel kereta api dan kemudian dialihkan untuk pembangunan jalur kereta api di Myanmar.
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai dengan pembangunan jalur kereta api pertama, Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta), pada 17 Juni 1864 oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Pemerintah Belanda juga berkontribusi melalui Staats Spoorwegen (SS) pada 8 April 1875 dengan rute Surabaya-Pasuruan-Malang.
Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendukung ekonomi. Sejak itu, jaringan kereta api berkembang pesat di Pulau Jawa dan Sumatera, menjadi moda transportasi favorit berkat efisiensinya dalam mengangkut penumpang dan barang.
Pada tahun 1942, Jepang mengambil alih pemerintahan kolonial Belanda, mengendalikan perkeretaapian Indonesia. Selama penjajahan Jepang, operasional kereta api diarahkan untuk kepentingan perang.
Di antara proyek yang dibangun adalah jalur Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru, yang berfungsi mengangkut hasil tambang batu bara untuk mendukung mesin perang Jepang.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang dilakukan.
Puncaknya terjadi pada 28 September 1945, saat pengambilalihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung, yang kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia, menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI).
Ketika Belanda kembali pada 1946, mereka membentuk perkeretaapian baru bernama Staats Sporwegen (SS), yang merupakan perusahaan kereta api swasta lainnya.
Transportasi
Kereta api adalah salah satu sarana transportasi yang sangat penting dalam menghubungkan berbagai kota dan wilayah di Indonesia.
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika jalur kereta api pertama, Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta), dicangkul di Desa Kemijen pada tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan jalur ini dilakukan oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan lebar sepur 1435 mm.
Pemerintah Hindia Belanda pun juga turut andil dalam pembangunan jalur kereta api negara melalui Staatsspoorwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875, dengan rute pertama Surabaya-Pasuruan-Malang.
Perkembangan Jalur Kereta Api di Jawa dan Luar Jawa
Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta untuk membangun lebih banyak jalur kereta api di berbagai wilayah. Beberapa perusahaan swasta yang terlibat dalam pembangunan jalur kereta api antara lain Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), dan banyak lagi.
Selain di pulau Jawa sendiri, jalur kereta api juga dikembangkan di beberapa wilayah luar pulau Jawa, seperti Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).
Sementara itu untuk wilayah lain seperti Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel dan belum sampai tahap pembangunan.
Pengaruh Pendudukan Jepang dan Kemerdekaan
Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, yang kemudian mengambil alih perkeretaapian Indonesia dan mengubah namanya menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api lebih diutamakan untuk kepentingan perang. Pada masa ini, beberapa pembangunan tambahan dilakukan, termasuk lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk mengangkut batu bara.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pengambilalihan kendali stasiun dan pusat kereta api yang sebelumnya dikuasai Jepang segera dilakukan.
Peristiwa penting yang terjadi pada 28 September 1945 ketika Kantor Pusat Kereta Api Bandung diambil alih, yang saat ini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hal ini juga menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI).
Namun, ketika Belanda kembali ke Indonesia pada tahun 1946, mereka mendirikan kembali perkeretaapian di Indonesia dengan nama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), yang merupakan hasil gabungan antara SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta, kecuali DSM.
Pengembangan dan Modernisasi Kereta Api Indonesia
Melalui perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949, aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda di Indonesia diambil alih. Hal ini berujung pada pembentukan Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. DKA kemudian menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tanggal 25 Mei.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan berdirinya DKARI pada 28 September 1945, masih ada beberapa perusahaan kereta api swasta yang tergabung dalam SS di Pulau Jawa dan DSM di Sumatera Utara yang ingin beroperasi di Indonesia.
Saat berusaha kembali menguasai Indonesia, pemerintah kolonial Belanda berupaya mendapatkan kembali perusahaan-perusahaan ini untuk mengelola perkeretaapian di Jawa, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.
Pada awal era kemerdekaan, kereta api tetap berfungsi sebagai sarana transportasi meskipun operasionalnya terhambat akibat perang mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945-1950. Kendala utama adalah kerusakan fasilitas akibat Perang Dunia II dan pembongkaran rel oleh Jepang untuk membangun jalur di Burma.
Pada tahun 1950 menandai kebangkitan perkeretaapian di Indonesia setelah mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda, yang membawa stabilitas domestik.
Di Sumatera Barat, transportasi kereta api kembali normal, mengulang kejayaan era kolonial. Pada tahun itu, kereta api berfungsi lagi sebagai sarana transportasi massal dan barang.
Kebangkitan perusahaan dimulai dengan mendatangkan lokomotif diesel. Antara 1957-1967, sekitar 250 lokomotif diesel menggantikan lokomotif uap di lintasan utama seperti Padang, Pariaman, dan Solok.
Pengadaan ini berlangsung bersamaan dengan perubahan nama dari DKA-RI menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada 1963.
Kemudian, pada 15 September 1971, PNKA diubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Selanjutnya, pada 2 Januari 1991, PJKA kembali berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Pada tahun 1999, Perumka diganti menjadi PT Kereta Api (KA Persero), dan pada 2010, namanya diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Dengan demikian, setiap tanggal 28 September kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional, untuk mengenang aksi patriotik buruh kereta api dalam pengambilalihan kekuasaan perkeretaapian Indonesia dari Jepang.
Pada 1991, PNKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan akhirnya menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) pada tahun 1998. Pada tahun 2011, nama perusahaan berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dengan logo baru yang mencerminkan semangat modernisasi.
Kereta Api Indonesia Masa Kini
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah berkembang pesat dan memiliki tujuh anak perusahaan, seperti PT Reska Multi Usaha, PT Railink, PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek, PT Kereta Api Pariwisata, PT Kereta Api Logistik, PT Kereta Api Properti Manajemen, dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.
Dengan jaringan yang semakin luas dan layanan yang semakin baik, kereta api tetap menjadi salah satu sarana transportasi yang penting dan efisien di Indonesia.
Sejarah perkeretaapian di Indonesia adalah cerminan perjalanan panjang bangsa ini dalam mengembangkan infrastruktur transportasi. Dari jalur kereta api pertama hingga saat ini, kereta api tetap menjadi tulang punggung konektivitas antar wilayah di Indonesia.
Hari Kereta Api ditetapkan oleh pemerintah sebagai momen untuk mengenang jasa dan peran penting kereta api dalam pembangunan bangsa.
Tujuan utama dari perayaan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya transportasi kereta api dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, peringatan ini juga diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk beralih ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan, mengingat kereta api memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan kendaraan pribadi.
Melalui perayaan Hari Kereta Api, diharapkan masyarakat semakin menghargai dan memanfaatkan transportasi kereta api secara optimal. Selain itu, perayaan ini juga berfungsi untuk mempromosikan kereta api sebagai alternatif menarik bagi wisatawan yang ingin menjelajahi berbagai destinasi di Indonesia.
Dengan demikian, Hari Kereta Api bukan sekadar momen perayaan, tetapi juga kesempatan untuk merefleksikan kontribusi transportasi kereta api dalam memajukan ekonomi dan masyarakat Indonesia. (Hilal)