Linimassa.id – Tradisi manaqiban kerap dilakukan setiap malam Jumat di masjid-masjid atau tempat-tempat yang dihadiri para jamaah. Hal ini lumrah ditemui si Banten.
Manaqiban berasal dari kata “manaqib’” bahasa arab), yang berarti biografi, kemudian ditambah dengan akhiran “an”(bahasa Indonesia) menjadi manaqiban yang berarti kegiatan pembacaan manaqib biografi Syaikh Abdul Qodir al-Jailalani, seorang wali yang legendaris di indonesia.
Laman Ngareanak menyebut, banyak sejarah hidup para wali atau yang kita kenal sekarang dengan nama manaqib, yang telah dibukukan, seperti manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kerena mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah maka sudah sewajarnya jika kita mencintai mereka.
Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa kecintaan kita kepada para wali adalah dengan membaca manaqibnya.
Dengan membaca manaqibnya kita bisa mengetahui kesalehan dan kebaikannya, dan hal ini tentunya akan menambah kecintaan kita kepadanya.
Dari sini dapat dipahami bahwa membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir Jilani itu dianggap baik karena akan menambah kecintaan kita kepada beliau.
Manfaat serta harapan para pengamal manaqib di antaranya :
Mendapat keberkahan dari pembacaan manaqib dan hubungan dari masyarakat sekitar menjadi semakin rukun serta semakin erat tali persaudaraan.
Hal tersebut didasarkan adanya keyakinan bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani’adalah wali quthub yang sangat istimewa, yang dapat mendatangkan berkah dalam kehidupan seseorang.
Biasanya para jamaah membawa botol yang berisi air dan mendekatkan kepada imam atau pemimpin acara tersebut dengan tujuan mendapat berkah dari doa-doa yang dibaca dan sewaktu air itu diminum dapat menjadi air yang berkah dan menyehatkan bagi tubuh.
Manfaat lainnya seperti diyakini dapat mendukung kesuksesan usaha, terkabulnya doa dan berkah-berkah lain sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Acara ini biasanya diselenggarakan dalam rangka selametan, tasyakuran dan kegiatan lainnya.
Kegiatan manaqib ini sebagai simbol atau wujud bentuk syukur kita atas limpahan rezeki yang diberi Allah SWT dan disadaqahkan kepada sesama muslim yang mengikuti kegiatan tersebut.
Diterimanya ritual manaqiban ini oleh para kyai indonesia dan di Jawa khususnya menyebut nama para nabi yang shohih, khususnya pribadi Syaikh sendiri. Hal tersebut diyakini sebagai salah satu amal sholeh/kebaikan. (Hilal)