linimassa.id – Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat bangsa Indonesia yang selalu menghargai, menghormati dan mendukung hidup rukun, damai dan toleransi dengan agama yang lainnya, baik Kristen [Katolik dan Protestan], Hindu, Buddha maupun Khonghucu.
Namun Islam selalu dihujat dan dituding sebagai agama teroris, agama radikal dan agama orang Arab serta Allah Tuhannya orang Arab. Tetapi agama lain tidak terdengar dengan sebutan tersebut.
Keadilan di Indonesia ini, tidak beres bahkan para menteri dan pejabatnya banyak bicara dan tak pernah dipikirkan akibatnya sehingga membuat ricuh, ribut dan demo serta dapat menimbulkan konflik antar anak bangsa.
Sebagaimana yang diungkap oleh menteri agama saat-saat yang membuat sakit kaum Muslim Indonesia yang sekarang ini selalu menjadi perbincangan yang mewarnai media elektronik.
Dengan ungkapan bahwa adzan disamakan dengan gonggongan anjing, bahkan Sukmawati Soekarnoputri pernah menyatakan bahwa kidung lebih merdu dari adzan itu suatu kenyataannya karena ada adzan yang tidak merdu didengarnya.
Lalu Ibu Sukmawati minta maaf kepada kaum Muslim dan selesai sampai di situ, tetapi Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas tidak minta maaf kepada umat Islam sehingga semakin besar gelombang di demo kemana-mana bahkan diperkeruh dengan bansernya.
Hal ini, bisa merusak toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia sehingga dapat memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Yaqut tidak pancasilais, tidak bhineka tunggal, tidak berbangsa yang baik dan tidak toleransi serta tidak dapat menghargai umat Islam selama ini, yang ada selalu merusak Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin.
Adzan yang disamakan dengan gonggongan anjing yang sebagai panggilan untuk menunaikan shalat wajib, baik shalat dzuhur, ashar, magrib, isya dan subuh.
Gonggongan anjing tidak memberikan pahala, bahkan akan dijauhi dari keberkahan. Sedangkan adzan akan memberikan pahala yang mendengarnya, mendapatkan pahala, syafaat, ampunan dan surga di akhirat. Orang mukmin yang sesungguhnya pasti akan mendengar adzan dengan baik dan menjawabnya dengan baik dan benar.
Jika ada orang yang tidak suka dan benci terhadap adzan maka orang itu ada penyakit dalam hatinya, bahkan Tuhan akan menambah penyakitnya kerena ada kedustaan dan ketidaksenangannya.
Orang yang tidak senang mendengar suara adzan pasti mereka mempunyai penyakit hati di dalamnya, merasa bising di telinganya karena merasa tidak nyaman dalam hatinya.
Disebabkan mereka ada kedustaan terhadap Allah Yang Maha Kuasa. Orang seperti ini yang digambarkan dalam firman Allah “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” [QS. Al-Baqarah [2]: 10].
Kedustaan itu, nampak dalam hatinya yang tidak senang mendengarkan adzan, bahkan lebih hina lagi menyamakan dengan suara gonggongan anjing serta untuk mengecilkan volumenya yang mengganggu telinga mereka yang tidak suka.
Ungkapan itu, menunjukkan ketidaksukaan terhadap kemakmuran shalat berjamaah di masjid sehingga memunculkan berbagai kegaduhan di bangsa Indonesia, gara-gara menteri agama yang asal ngomong saja tanpa dipikirkan dengan cerdas sehingga banyak umat Islam yang menutut supaya diberhentikan, bahkan merambah kepada tuntutan masyarakat kepada umat beragama di Indonesia.
Kalau hal ini, dibiarkan begitu maka akan menjadi persoalan yang serius di bangsa Indonesia. Oleh karena itu, menteri agama seharusnya mengayomi semua umat beragama, mencerdaskan umat beragama, hidup rukun dengan damai dan toleransi, bukan menyebarkan intoleransi, kebencian, bahkan tidak produktif dan sia-sia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan ada lebih penting adalah menyadarkan umat untuk selalu dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan kesabaran dalam menghadapi pelbagai cobaan dan ujian serta kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia.
Jangan menambah rumit, pusing dan kemarahan umat Islam Indonesia, melainkan mendukung untuk persatuan, tolong menolong dalam kondisi yang terburuk saat ini, karena rakyat Indonesia sedang sakit, sulitnya kebutuhan pokok, naiknya barang-barang, bahkan hilangnya minyak di pasaran, serta banyaknya pekerja yang di PHK dan diwajibkan kartu vaksin dan BPJS yang dapat menyulitkan bagi masyarakat Indonesia.
Terlalu banyak beban yang dibebankan kepada masyarakat, namun para pemimpin, menteri dan pejabat tidak perduli, tidak mempunyai hati dan perasaan.
Maka dari itu, berhentilah menghujat, mencemooh dan mencela Islam dengan adzan di masjid, pesantren dengan radikal dan sarang terorisnya, bahkan masjid dianggap sebagai orang-orang yang radikal sehingga mereka berusaha mendukung untuk menghentikan adzan.
Jika orang berusaha menghentikan adzan, berarti mereka menghentikan shalat sebagai perintah Allah. Maka orang yang shalat dengan benar dan khusu, tidak akan berbuat apa-apa, bahkan selalu berbuat untuk selalu baik dan selalu mencegah perbuat keji dan kemungkaran “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” [QS. Al-Ankabut [29]: 45].
Adzan yang berkaitan dengan shalat dan masjid, mereka dipanggil untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid sebagai ciri dari orang yang beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhirat, bahkan sangat teguh hati dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Yang Maha Agung “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” [QS. At-taubah [9]: 18].
Mengumandangkan adzan merupakan suatu kewajiban untuk menunaikan shalat. Dengan kalimat adzan yang dikumandangkan oleh bilal atau mu’adzin adalah suatu kemuliaan karena adzan mengandung kalimat tauhid, kalimat ajakan shalat, dan memperoleh kebahagian atau kemenangan serta memperkokoh keesaan dan keagungan Allah Yang Maha Kuasa.
Adzan juga dikumandangkan ditelinga kanan bayi yang baru lahir, dikumandangkan juga di saat mengubur jenazah dan dikumandangkan pula di saat ada musibah besar. Oleh karena itu, manusia yang beriman dan cerdas serta mendengar dengan ketulusan maka akan mendapatkan pahala, baik yang muadzin maupun yang mendengar dan termasuk benda-benda.
Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda “Andaikata orang-orang tahu pahala yag terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian tak ada jalan lain bagi mereka untuk mendapatkannya kecuali dengan mengadakan antrian, niscaya mereka akan mengadakan antrian tersebut” [Muttafaq ’alaih].
Ditegaskan lagi dengan sabdanya “Allah dan para Malaikat memberikan shalawat kepada shaf pertama, sedangkan muadzin diampuni dosanya sepanjang suaranya, baik benda basah maupun benda kering dan akan memperoleh pahala sebanyak orang yang ikut bersamanya” [HR. Ahmaddan Nasai].
Supaya kita sama-sama mendapat pahala dan ampunan dari Allah, maka ketika muadzin mengucapkan Allah Akbar dan seterusnya kita dengan baik dan mengikuti apa yang diucapkan muadzin atau bilal. Sebagaimana Rasulullah Saw. ditanya oleh seorang laki-laki “Ya Rasulullah Saw. para muadzin itu lebih utama dari kami, maka jawab beliau: Bacakanlah apa-apa yang mereka baca itu, dan jika selesai, mohonlah kepada Allah, pasti akan dikabulkan” [HR. Ahmad dan Abu Daud].
Manusia yang selalu tidak senang mendengar adzan, mencemooh dan mengeceknya, sebagaimana yang diucapkan oleh orang yang tak beriman “Dan apabila kamu menyeru mereka dengan adzan untuk mengerjakan shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan” [QS. Al-Maidah [5]: 58].
Ejekan, hujatan dan cemoohan terhadap adzan terus akan berlangsung hingga saat ini, bahkan mereka yang menghujat, mengejek dan mencemooh maka mereka itu sama seperti binatang, bahkan lebih sesat dari binatang, bahkan mereka akan menjadi penghuni neraka jahannam sebab mereka tidak mampu menggunakan hati, mata dan pendengarannya.
Sebagaimana yang diabadikan dalam firman-Nya “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” [QS. Al-A’raf [7]: 179]. Semoga mereka sadar dan bertaubat kepada Allah Yang Menerima taubat hambanya. *