linimassa.id – Masih di tahun 2024 ini, usai laga perebutan kursi-kursi legislatif dan sepasang kursi eksekutif Presiden dan Wakil Presiden pada Februari, masyarakat kini dihadapkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.
Masyarakat setiap wilayah Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia secara serentak akan memilih para pemimpin daerahnya, melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Meski menurut jadwal pendaftaran pasangan calon, baru akan dibuka Agustus mendatang, tetapi tak membuat para politisi lokal dan nasional malas bergerak.
Di Provinsi Banten, wajah para jawara-jawara elektoral mulai rutin lalu lalang di media massa dan media sosial. Mereka, bersaing mencari perhatian publik sebagai persiapan perebutan kursi kepala daerah 8 kota kabupaten di Provinsi Banten.
Perebutan kursi kepala daerah itu bakal berlangsung di Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Lalu siapa saja para kontestan yang bakal bertarung dalam laga perebutan kursi Kepala Daerah di delapan kota kabupaten di Provinsi Banten itu?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, yang memang jawabannya belum dapat dipastikan, karena dinamika politik di daerah masih dinamis akibat dari pergerakan lempeng-lempeng kepentingan, atas pengaruh para pemangku kepentingan.
Oleh karena itu, sebaiknya lebih dulu melirik ke fenomena yang mungkin akan muncul dikarenakan Pilkada yang dilakukan secara serentak itu, yang mana Pilkada kali ini tampak terasa “Kayak ada pileg-pilegnya gitu”.
Pada Pileg atau Pemilihan Legislatif tak jarang para Calon Legislatif (Caleg) mulai dari Caleg DPR RI, Caleg DPRD Provinsi, dan Caleg Kabupaten/Kota bekerja sama dalam satu paket.
Misal, Caleg DPR RI dari partai kucing akan bekerja sama dengan Caleg DPRD Provinsi dan Caleg DPRD Kabupaten/Kota di partai yang sama pada daerah pemilihannya. Selanjutnya, mereka akan saling mengkampanyekan satu sama lain.
Bedanya dengan Pilkada nanti, kerja sama paketan itu dipengaruhi oleh koalisi pengusung para Calon Kepala Daerah itu. Dimana, jumlah kursi parlemen daerah jadi salah satu alat tawar menawar dalam transaksi politik.
Terkhusus di Pilkada Banten, selain koalisi partai pengusung dan jumlah kursi parlemen daerah, tampak pula indikator lain yang bisa saja mempengaruhi kerja sama paketan tersebut.
Indikator itu bisa dilihat ketika dianalogikan kedalam permainan gin remi. Dalam permainan gin remi ada kartu yang bisa masuk ke semua jenis kartu, yakni kartu Joker.
Jika seperti itu, kemungkinan fenomena Pilkada rasa Pileg di Banten memungkinkan pula muncul partai dan calon Kepala Daerah yang berperan seperti kartu Joker.
Dari situ pula akan muncul peluang untuk partai tertentu melakukan langkah “All in” seperti dalam permainan poker.
Lalu, apakah para king maker dibalik layar akan mengmbil langkah “All in”? Menarik untuk dinantikan.