linimassa.id – Salat Tarawih yang hanya dilakukan saat Ramadan memiliki jumlah rakaat cukup banyak. Ada yang 11 termasuk witir dan 23 termasuk witir.
Tarawih adalah salah satu bentuk ibadah salat pada bulan Ramadan yang dilakukan oleh umat Islam setelah salat Isya dan sebelum salat Subuh.
Salat Tarawih dilakukan secara berjamaah sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Al Khattab dan para sahabat. Biasanya berlangsung selama sekitar 1 atau 2 jam, tergantung pada jumlah rakaat yang dilakukan.
Muhammadiyah menetapkan ibadah salat tarawih berjumlah 11 rakaat. Hal itu dijelaskan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA., saat sesi wawancara setelah Pengkajian Tarhib Ramadan 1445H di Masjid Attaqwa dijelaskan bahwa Muhammadiyah menetapkan ibadah tarawih 11 rakaat berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah ra.
وَعَنْهَا ، قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738)
“Hadis ini sahih, tidak ada perawi yang mendaifkan. Itu dasar pertama. Dasar kedua yaitu ketika Umar bin Khaththab ra., menertibkan salat tarawih di Masjid Madinah,” ujarnya.
Keputusan melakasanakan tarawih 11 rakaat juga sebagaimana perkataan Rasulullah Saw., yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ yang berarti “salatlah sebagaimana kalian melihatku salat.” Maka sesuai perintah itulah, salat tarawih dilakukan sebanyak 11 rakaat.
Sementara itu terkait dengan fenomena umat muslim pada umumnya di Indonesia yang memilih salat 11 rakaat di masjid yang imam salat tarawihnya menetapkan 23 rakaat, Syamsul menjelaskan bahwa itu tidak masalah.
Umat muslim yang memilih salat delapan rakaat berjamaah di masjid, dan witir di rumah untuk mengganjilkan salat malam, jelas Syamsul, itu tidak masalah dan diperbolehkan.
Begitupun dengan salat tarawih dan tahajud. Beberapa orang mungkin pernah melakukan salat tarawih kemudian salat tahajud. Terkait hal ini, Syamsul kembali mengingatkan pada hadis pertama di atas bahwa Rasul tidak pernah salat malam lebih dari 11 rakaat.
Hukum
Tarawih pada dasarnya adalah salat sunah yang tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan untuk dilakukan pada bulan Ramadan.
Ulama Hanafiyah, Hanabilah, dan Malikiyyah sepakat bahwa hukum salat Tarawih adalah sunah mu’akkad (sangat dianjurkan).
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ، فَيَقُولُ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memberikan motivasi untuk mengerjakan salat pada malam Ramadan tanpa mewajibkannya kepada para sahabat.
Beliau bersabda, ‘Barang siapa yang mendirikan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu’,” (HR. Muslim No. 759).
Ibadah salat Tarawih bertujuan untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadan.
Selain itu, dengan melaksanakannya dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta menambah pahala dan menghapus dosa-dosa.
Keutamaan
Bukan hanya sebatas salat sunah saja, tetapi salat Tarawih memiliki banyak keutamaan.
Mengutip dari NU Online, Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)
Artinya: “Barang siapa melakukan salat (Tarawih) pada Ramadan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘Alaih).
Jika melihat arti dari potongan hadis di atas, maka keutamaan salat Tarawih yang paling utama adalah diampuni semua dosa yang telah lalu.
Keutamaan salat Tarawih yang selanjutnya adalah jika menjalankan salat ini maka umat Muslim akan mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh.
Keutamaan kedua ini dijelaskan dalam hadis riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:
مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Artinya: “Barang siapa salat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.”
Jumlah
Ada yang melaksanakan 8 rakaat yang dilanjutkan dengan witir 3 sehingga menjadi 11.
Ada juga yang melaksanakan 20 rakaat yang dilanjutkan oleh witir 3 sehingga jumlah pelaksanaannya menjadi 23.
Perbedaan pendapat ini tak lain karena bagaimana ulama menyikapi atsar Umar bin Khattab.
Tidak ada batasan jumlah dalam salat Tarawih sebagaimana nabi Muhammad SAW bersabda,
“Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu Subuh, maka kerjakanlah satu rakaat.
Dengan itu berarti kalian menutup salat tadi dengan witir,” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar).
Menurut 4 Mazhab
Para ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran hadis terkait jumlah rakaat sholat Tarawih pada 4 Imam mazhab.
Berikut pendapat mereka:
- Imam Abu Hanifah
Al-Iraqi dalam kitabnya Tharhu at-Tatsrib menukil pendapat Abu Hanifah,
وقال أبو حنيفة الأفضل أن يصلي أربعا أربعا وإن شاء ركعتين وإن شاء ستا وإن شاء ثمانيا وتكره الزيادة على ذلك
“Abu Hanifah mengatakan, yang afdhal shalatnya dikerjakan 4 rakaat-4 rakaat.
Jika dia mau, boleh 2 rakaat. Jika dia mau, boleh 6, dan jika dia mau, boleh 8. Dan makruh lebih dari itu,” (Tharhu at-Tatsrib, 3/74).
- Imam Malik
Mengutip Ibnu Abdil Barr, terkenal sebagai penganut mazhab Malik bin Abbas, berkata:
وأكثر الآثار على أن صلاته كانت إحدى عشرة ركعة وقد روي ثلاث عشرة ركعة. واحتج العلماء على أن صلاة الليل ليس فيها حد محدود والصلاة خير موضوع فمن شاء استقل ومن شاء استكثر.
“Kebanyakan atsar menunjukkan bahwa salat beliau adalah 11 rakaat, dan diriwayatkan bahwa 13 rakaat.
Para ulama berdalil bahwa salat lail tidak ada batasnya, dan salat adalah ibadah terbaik, siapa yang berkehendak silakan menyedikitkan rakaat, dan siapa yang berkehendak, maka silakan memperbanyak rakaat.”
Tak ada batasan dalam salat malam termasuk dalam pelaksanaan salat Tarawih, boleh dilaksanakan 11 atau lebih.
- Imam Syafi’i
Mengutip penjabaran ustaz Firanda di laman Bekal Islam, Az-Za’farani meriwayatkan dari As-Syafi’i:
“Aku lihat orang-orang di Madinah mengerjakan shalat 39 rakaat. Yang lebih aku suka adalah 20. Begitu pula yang dikerjakan di Makkah.
Tidak ada dalam hal ini batas akhirnya, jika mereka perbanyak rukuk dan sujud maka lebih baik”.
- Imam Ahmad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَالتَّرَاوِيحُ إنْ صَلَّاهَا كَمَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ: عِشْرِينَ رَكْعَةً أَوْ: كَمَذْهَبِ مَالِكٍ سِتًّا وَثَلَاثِينَ، أَوْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، أَوْ إحْدَى عَشْرَةَ فَقَدْ أَحْسَنَ.كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ الْإِمَامُ أَحْمَدُ لِعَدَمِ التَّوْقِيفِ فَيَكُونُ تَكْثِيرُ الرَّكَعَاتِ وَتَقْلِيلُهَا بِحَسَبِ طُولِ الْقِيَامِ وَقِصَرِهِ
“Salat Tarawih jika dikerjakan sesuai mazhab Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad adalah 20 rakaat, atau sesuai mazhab Malik 36 rakaat, atau 13, atau 11 maka itu baik.
Seperti dikatakan oleh Imam Ahmad, karena tidak ada penentuan batas akhir, sehingga memperbanyak jumlah rakaat dan mempersedikit dilakukan tergantung panjang atau pendeknya berdiri.” (Hilal)