linimassa.id – Pernah kesemutan? Luar biasa bukan, sensasinya seperti tertusuk jarum atau mati rasa di bagian tubuh tertentu. Parestesia bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi paling sering terjadi di tangan, kaki, dan kepala.
Kesemutan atau parestesia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang. Kesemutan yang sementara terjadi akibat tekanan pada saraf tertentu, misalnya saat tidur dengan menindih lengan atau duduk bersila. Kesemutan kadang juga dapat muncul setelah berolahraga.
Alodokter menyebut, kesemutan yang bersifat sementara akan hilang ketika sudah tidak ada tekanan pada saraf. Sedangkan kesemutan yang berkepanjangan bisa menjadi gejala suatu penyakit, seperti diabetes. Pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan jika kesemutan terjadi secara berulang dan terus-menerus tanpa sebab yang jelas.
Penyebab
Penyebab kesemutan tidak selalu bisa dipastikan. Kesemutan yang terjadi sementara disebabkan oleh tekanan pada saraf atau terhambatnya sirkulasi darah.
Kondisi ini bisa terjadi saat menekuk kaki terlalu lama, misalnya saat duduk bersila, atau ketika tidur dengan tangan tertindih. Kesemutan juga bisa terjadi akibat gerakan berulang, misalnya bermain biola atau tenis.
Sedangkan kesemutan yang terjadi secara berkepanjangan dapat menjadi tanda adanya suatu penyakit, seperti:
- Kekurangan vitamin B12.
- Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS, herpes zoster, hepatitis B, hepatitis C, dan penyakit Lyme.
- Penyakit sistem kekebalan tubuh, seperti lupus, sindrom Sjögren, sindrom Guillain-Barré, penyakit celiac, dan rheumatoid arthritis.
- Efek samping obat kemoterapi, obat antikejang, dan obat untuk HIV/AIDS.
Pada beberapa kasus, kesemutan bisa terjadi hanya di tangan dan kaki atau hanya di kepala. Kesemutan di tangan dan kaki paling sering disebabkan oleh neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf akibat penyakit diabetes.
Kondisi lain yang dapat memicu kesemutan di tangan dan kaki antara lain kehamilan, kista ganglion, gagal ginjal, carpal tunnel syndrome, saraf kejepit (hernia nukleus pulposus), kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme), paparan zat kimia, seperti arsenik atau merkuri.
Untuk kesemutan di kepala sering kali tidak perlu dikhawatirkan. Namun, pada beberapa kasus, kesemutan di kepala bisa menjadi tanda dari kondisi sinusitis, stress, gangguan kecemasan, gangguan elektrolit, migrain, cedera kepala, hipertensi, konsumsi minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, epilepsy, multiple sclerosis, dan tumor otak.
Pencegahan
Kesemutan tidak selalu bisa dicegah, tetapi frekuensi kemunculannya dapat dikurangi dengan melakukan sejumlah upaya berikut ini:
- Hindari melakukan gerakan berulang yang dapat menekan saraf.
- Istirahat secara berkala jika sering melakukan gerakan secara berulang yang ampuh untuk mencegah dan mengatasi kaki kesemutan.
- Bangun atau berjalan dulu selama beberapa saat setelah duduk dalam waktu yang lama.
Halodoc menyebut, parestesia atau kesemutan tidak selalu dapat kamu cegah. Tetapi, frekuensi kemunculannya dapat dikurangi.
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol. Jika kamu memutuskan untuk mengonsumsinya, ketahuilah batasan aman minuman beralkohol.
- Menghentikan kebiasaan merokok.
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Menghindari gerakan berulang yang dapat menekan saraf.
- Beristirahat secara berkala jika sering melakukan gerakan secara berulang.
- Bangun dan bergerak ke sekeliling secara berkala jika sudah duduk dalam waktu yang cukup lama.
- Jika mengidap diabetes atau penyakit kronis lain, pastikan untuk rutin memeriksakan kesehatan. Sebab, pemantauan dan manajemen penyakit dapat menurunkan risiko terjadinya parestesia kronis akibat penyakit yang mendasari.
Secara garis besar, kesemutan dan mati rasa umumnya bukanlah kasus membahayakan. Namun, bukan berarti bisa menyepelekan kondisi ini.
Kondisi kesemutan juga dapat menjadi indikasi akan berbagai masalah kesehatan. Apalagi jika kesemutan bersifat kronis, atau berkepanjangan.
Berdasarkan durasinya, kesemutan terbagi menjadi dua jenis, yakni sementara dan berkepanjangan.
Parestesia sementara umumnyta terjadi akibattekanan pada saraf atau sirkulasi yang buruk dalam waktu singkat.
Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang tertidur dengan tangan atau duduk dengan kaki bersilang terlalu lama.
Sementara itu, parestesia kronis mungkin merupakan tanda kerusakan saraf. Dua jenis kerusakan saraf adalah radikulopati dan neuropati. (Hilal)