linimassa.id – Indonesia kaya akan segalanya, budaya, kuliner, Bahasa, tradisi, dan banyak lagi. Salah satu kekayaan kuliner Indonesia adalah pindang dari Pulau Bawean.
Pulau Bawean yang dikelilingi hamparan laut memiliki potensi perikanan yang luar biasa, berawal dari hasil tangkapan ikan laut yang melimpah, menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Bawean, mengawetkan ikan hasil tangkapannya dengan menjadikannya pindang untuk menambah waktu penyimpanan lebih lama.
Ikan yang digunakan khas orang lokal menyebutnya “binggul” mirip tongkol tapi berukuran lebih kecil, serta ikan Layang. Pengolahan ikan pindang di Bawean telah menjadi karakteristik tersendiri, dengan sebutan “Cara Bawean”
Selain itu juga ada “Cara Muncar”, pemindangan khas Banyuwangi. Keduanya sama-sama merupakan pengolahan secara tradisional.
Proses pengolahan dimulai dari teras rumah produksi, bertempat di pesisir dengan konstruksi sederhana beratap rumbia dan beralas tanah, dengan dinding menggunakan gedek (anyaman bambu), yang dipasang renggang untuk sirkulasi udara.
Nah pengolahan ini salah satunya ada di Dedawang. Sebuah dusun di pesisir barat laut Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Di sana bermukim nelayan dan pusat produksi pindang khas daerah berjuluk Pulau Putri tersebut.
Cara memprosesnya mudah dan sederhana, yaitu :
- Ikan yang di dapat dicuci sampai bersih di tempat pencucian yang tersedia, memasukkkan ikan dalam kendil.
- Menuangkan garam dan air sebelum proses pemanasan di tungku.
- Proses pemanasan ikan di kendil.
Saat proses pemanasan atau pembakaran kendil di periuk berbahan tanah liat, biasanya dalam satu hamparan tungku bisa memuat 76 – 90 kendil, dengan proses pemanasan 20 – 40 menit, tergantung kondisi bahan bakarnya.
Kendil-kendil tersebut selanjutnya akan diambil dan dipasarkan oleh pengepul dari Bawean sendiri. Seorang pengepul bisa mengangkut 1.000-2.000 kendil.
Seluruh ikan pindang yang diproduksi ini biasanya dijual ke luar Pulau Bawean. Seperti k Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Tuban. Bahkan sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Proses pemasaran tergantung ketersediaan penyeberangan ke Gresik atau Paciran, yang dipengaruhi oleh cuaca dan ombak. Sekadar informasi, Pelabuhan Sangkapura di Bawean bisa diakses dengan kapal cepat (4-5 jam) dari Pelabuhan Gresik, maupun kapal feri (8-10 jam) dari Gresik dan Paciran, Lamongan. Sementara jarak dari Sangkapura ke Dedawang 15 km, sekitar 25 menit berkendara motor/mobil.
Awet
Ikan pindang cara Bawean ini bisa awet hingga 2 – 3 bulan, saat ini pemasarannya di sekitaran kota pantai utara Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Jawa Barat.
Produk ikan pindang kendil ini tergantung musim, seperti saat musim ikan Binggul, dalam istilah lokal disebut musim kateghe, umumnya berlangsung pada bulan kemarau. Setelah itu masuk musim nembherak, musim jarang ikan. Saat itu akan sering terjadi angin, hujan, dan ombak besar, sehingga nelayan tidak melaut.
Pengolahan ikan pindang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Musim
Produksi ikan pindang memiliki musimnya sendiri. Tergantung musim ikan, yang berkelindan dengan kondisi cuaca sepanjang tahun.
Musim ikan binggul, atau dalam istilah lokal disebut musim kateghe, umumnya berlangsung pada bulan-bulan kemarau, yaitu Juni-November. Setelah itu masuk musim nembherak, musim jarang ikan. Saat itu akan sering terjadi angin, hujan, dan ombak besar, sehingga nelayan tidak bisa melaut.
Saat musim penghujan, nelayan dan pengusaha pindang biasanya beralih profesi menjadi petani.
Itulah seputar pindang bawean. Semoga semakin menambah pengetahuan ya. (Hilal)