SERANG, LINIMASSA.ID – Seluas 4 hektare sawah puso di Kabupaten Serang, hal itu disebabkan bencana banjir akibat cuaca buruk yang terjadi di Kabupaten Serang
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang mencatat, total sebanyak 195 hektare lahan pertanian di Kabupaten Serang rusak.
Dari jumlah tersebut empat hektare lahan sawah puso yang membuat petani mengalami kerugian signifikan.
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang Yuli Saputra mengatakan, hujan deras yang melanda wilayah Kabupaten Serang pada tanggal 10 Januari 2025 lalu, mengakibatkan dua bencana alam yang terjadi, yakni banjir dan tanah longsor yang berdampak pada lahan pertanian.
“Total ada 4 hektare lahan sawah puso, selebihnya luas lahan pertanian yang terdampak bencana ada sekitar 195 hektare, terdiri dari 188 hektare terendam banjir lalu 7 hektar yang terdampak akibat tanah longsor di Mancak,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu 15 Januari 2024.
Kecamatan yang Terdampak Sawah Puso
Yuli mengatakan, berdasarkan data yang yang masuk,188 hektare lahan pertanian yang terendam banjir tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Serang, yakni Kecamatan Pontang, Ciruas, Tirtayasa, Kramatwatu dan Kecamatan Tanara.
“Lahan pertanian yang paling luas terdampak banjir ada di Kecamatan Ciruas yakni mencapai 53 hektare, lalu di Kecamatan Tirtayasa ada sekitar 50 hektare, bahkan di Tirtayasa ada 1.200 lahan persemaian yang terendam,” ujarnya.
Yuli mengaku, masih melakukan identifikasi terhadap lahan-lahan yang terendam banjir untuk memastikan apakah ada lahan yang terkena puso atau tidak. Pasalnya, di beberapa wilayah, banjir masih sering datang dan merendam area persawahan warga.
“Data yang puso masih diproses oleh teman-teman di lapangan. Nanti kalau sudah ada konkrit yang puso kita laporkan. Masalahnya, intensitas hujannya masih tinggi, jadi kadang satu hari terendam, lalu dua hari surut, setelah itu terendam lagi. Makanya masih rawan,,” ujarnya.
Dikatakan Yuli, usia tanam dari lahan-lahan pertanian yang terendam banjir rata-rata di usia 15 hingga 35 hari setelah tanam. Menurutnya, di usia seperti itu sangat rawan mengalami puso.
“Terendam 3 hari saja potensi bisa puso, makanya kita tadi rapat internal untuk segera melakukan identifikasi di lapangan untuk lahan yang mengalami puso,” tegasnya.
Yuli mengatakan, banjir yang meluap ke area persawahan diakibatkan lantaran sungai-sungai dan irigasi di dekat persawahan yang mengalami sedimentasi. Akibatnya, ketika debit air besar, air justru masuk ke area persawahan.
“Sedimentasinya memang yang parah. Kemarin kita lakukan pengerukan di Ciwaka, alhamdulillah berkurang untuk yang terkena banjir di Pulokencana, Pontang,” ujarnya.
Apabila melihat kondisi cuaca saat ini, Lanjut Yuli, potensi lahan yang terendam banjir bertambah cukup besar. Pasalnya, intensitas hujan yang terjadi masih sangat tinggi. “Di Cisait sekarang ini hujan. Kalau melihat kondisi seperti ini bisa saja bertambah,” ujarnya.
Selain lahan yang terkena banjir, ada juga lahan pertanian yang terdampak akibat tanah longsor. Dari data yang diterima, sekitar 7 hektar lahan di Kecamatan Mancak yang terdampak akibat tanah longsor. “Dari jumlah tersebut, ada empat hektare yang mengalami puso,” ujarnya.
Yuli mengaku, sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Banten untuk lahan-lahan pertanian yang mengalami puso akibat banjir maupun bencana lainnya. “Provinsi siap mensupport, berapa jumlah yang puso mereka siap memberikan bantuan benih. Selain itu, ada juga beberapa petani yang sudah mendaftar di Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),” pungkasnya.