linimassa.id – Punya uang Rp5.000? Coba tengok ada wajah siapa di sana? Siapakah beliau?
Ya, Dr KH Idham Chalid. Wajahnya ada dalam uang kertas pecahan Rp5.000 sejak emisi 2016. Pahlawan Nasional ini kembali diabadikan dalam uang pecahan yang sama emisi 2022.
Di balik wajah Idham Chalid yang terpampang pada uang kertas terdapat perjalanan panjang dalam sejarah hidupnya.
Ia bukan hanya dikenal sebagai ulama, tapi juga politisi yang pernah merasakan banyak jabatan strategis.
Kelahiran 27 Agustus 1921 ini adalah tokoh bangsa, tokoh agama, tokoh organisasi besar Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan juga deklarator sekaligus pemimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
- Idham Chalid bahkan merupakan Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama terlama dalam sejarah NU dari periode 1956-1984.
Ia merupakan salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Selain pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR.
Presiden Soeharto mempercayainya untuk menjadi Menteri Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial Ad Interim dan Ketua DPA.
Pada 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp5.000,-.
Kelahiran Satui, bagian tenggara Kalimantan Selatan ini anak tengah dari 8 bersaudara, 4 Laki-laki dan 4 perempuan.
Ayahnya H Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai yang sekitar 200 kilometer dari Kota Banjarmasin.
Saat usia Idham enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur ayahnya.
Keluarganya berasal dari kalangan bergelar atau bangsawan. Tetapi beliau mempunyai cara dan penilaian tentang keturunan dan nasab.
Ajaran Islam dan didikan keras ayahnya mengajarkan beliau bahwa kemuliaan seseorang tidak terletak pada darahnya, melainkan pada amal perbuatan dan darma baktinya.
Beliau memiliki 8 orang anak sebagai buah pernikahannya dengan Ibu Hj. Masturah berasal dari Kalimantan Selatan dan dimakamkan berdampingan di pesantren Darul Qur’an, Cisarua.
Nahdlatul Ulama di bawah kepemimpinan beliau kembali mengulang sukses dalam Pemilu 1971. Namun setelah itu pemerintah melebur seluruh partai menjadi hanya tiga partai: Golkar, PDI, dan PPP dan NU tergabung di dalam PPP.
Ia menjabat presiden PPP, yang dijabatnya sampai tahun 1989. Ia juga terpilih menjadi ketua MPR/DPR RI periode 1971-1977. Jabatan terakhir yang diemban Idham Chalid adalah ketua Dewan Pertimbangan Agung sampai tahun 1983.
Dalam bidang pendidikan, Idham mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama/ UNNU (Sekarang Universitas Islam Nusantara) pada 30 November 1950 bersama K.H Subhan Z.E. (Alm.), K.H. Achsien (Alm.), K.H. Habib Utsman Al-Aydarus (Alm.), dan lain-lain dengan K.H.E.Z Muttaqien (Alm.).
Itulah seputar KH Idham Chalid. Jadi makin kenal, kan? (Hilal)