linimassa.id – Pohon ini dinamakan Pelangi karena memiliki aneka warna di bagian pohonnya. Eucalyptus deglupta atau yang lazim disebut pohon pelangi atau rainbow eucalyptus ini memiliki warna mulai dari merah, cokelat, kuning, hijau, biru, dan warna lainnya yang berada di akar hingga pucuk tertinggi pohon.
Laman indonesia.go.id menyebut, pohon dengan gradasi warna yang cantik ini tumbuh besar dan tinggi menjulang. Rata-rata batangnya bertambah tinggi 2 hingga 3 meter per tahun.
Batang ini tumbuh nyaris sangat tegak dengan permukaan kulit kayunya yang licin. Sedangkan daunnya memiliki aroma khas kayu putih ketika diremas.
Kulit kayu dan batang pohon ini sering dijadikan bahan baku dalam industri bubur kertas atau pulp. Sementara itu batang kayunya bisa dijadikan bahan baku konstruksi bangunan.
Sepintas, gradasi warna pada pohon yang juga dikenal dengan nama leda ini mirip dengan seragam pasukan-pasukan elite militer sehingga pohon pelangi juga dijuluki pohon kamuflase.
Pohon pelangi bisa ditemukan di hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah dengan ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 13 hingga 25 derajat Celcius.
Endemik
Pohon pelangi merupakan endemik di Papua Nugini, Pulau Papua, Pulau Seram, Maluku, dan Sulawesi. Pohon ini juga adai di Pulau Jawa yakni di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sumberwringin di Desa Wringinanom, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
Dari Kusat kota Bondowoso, hutan seluas 23,6 hektare ini bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 1 jam 15 menit.
Hutan Sumberwringin adalah hutan buatan yang dibangun pada tahun 1937 dan memiliki iklim tipe B dengan curah hujan sebesar 2.400 milimeter per tahun. Tak hanya pohon pelangi saja yang ditanam di hutan ini.
Setidaknya ada 3.879 pohon dari 59 jenis telah ditanam di hutan Sumberwringin. Eucalyptus deglupta termasuk pohon tertua yang ditanam di hutan ini bersama pinus dari Sumatra dan Australia bersamaan dengan dibangunnya hutan Sumberwringin, 83 tahun silam.
Pohon pelangi menjadi daya tarik utama di hutan Sumberwringin karena selain memiliki gradasi warna menakjubkan, juga menjadi salah satu pohon yang paling sering dicari wisatawan.
Pohonnya memiliki tinggi rata-rata 70 meter serta rata-rata berdiameter 2,5 meter. Pengunjung banyak menjadikan pohon ini sebagai latar foto karena keindahannya. Bahkan pohon pelangi Eucalyptus disebut-sebut sebagai salah satu pohon terindah dan menakjubkan di dunia.
Kertas
Pohon pelangi tergolong cepat tumbuh, rata-rata 2-3 meter tiap tahunnya dengan batang yang tumbuh nyaris sangat tegak.
Permukaan kulit kayunya licin dengan daun berbau harum khas kayu putih ketika diremas. Tanaman ini dapat ditemui di hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah di ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 13-25 derajat Celcius.
Menurut pakar kehutanan Amir Wardhana, warna-warni pada pohon pelangi muncul akibat getah yang keluar dari dalam pohonnya mengenai kulit pohon di bagian lain sehingga membentuk gradasi warna.
Pada tetesan getah pertama, warna yang akan muncul adalah warna biru. Kemudian perlahan warna tetesan getah tersebut berubah menjadi jingga, ungu, dan merah marun. Karena proses ini terjadi secara bergiliran (tidak bersamaan) dan teratur, maka pohon ini kemudian menampilkan koleksi dari semua warnanya sekaligus.
Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang yang terjadi tidak bersamaan. Oleh karena itu, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa.
Selain itu, hal tersebut akan memberikan efek kaleidoskopik di mana setiap lapisan warna memberikan informasi kapan lapisan warna tersebut muncul.
Meskipun pohon pelangi ini menghasilkan bunga putih dan daun hijau seperti spesies eucalyptus pada umumnya, tetapi kelenjar-kelenjarnya tidak mengeluarkan banyak minyak aromatik.
Kulit kayu dan batang pohon pelangi sering dijadikan sebagai bahan baku dalam industri bubur kertas (pulp). Batang kayunya dapat dijadikan sebagai bahan baku konstruksi bangunan.
World Conservation Monitoring Centre dalam laporannya pada 1992 menyebutkan bahwa Eucalyptus deglupta berada dalam status endangered atau terancam punah.
Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Roosita Ariati mengatakan, pohon pelangi terancam punah di habitatnya karena penebangan liar, serta pembukaan lahan untuk agrikultur. Oleh karena itulah, konservasi diperlukan untuk tetap mempertahankan keberadaan pohon pelangi yang indah ini. (Hilal)