linimassa.id – Meski keberadaan saat ini langka, namun poci masih tetap dikenal. Poci atau teko adalah suatu wadah yang digunakan untuk menjerang daun teh atau campuran herbal dengan air yang hampir mendidih.
Teh dapat ditempatkan dalam kantung teh celup atau dibiarkan tersebar. Jika dibiarkan tersebar, diperlukan saringan teh untuk menangkap daun-daun teh di dalam poci sewaktu akan menuang.
Poci biasanya memiliki tutup di bagian atasnya untuk tempat memasukkan teh dan air, gagang untuk memegangnya, serta cerat untuk menyajikan teh tersebut. Beberapa jenis poci memiliki penyaring terpasang pada bagian ujung sebelah dalam dari cerat tersebut.
Kadang dibuat suatu lubang kecil di tutup poci sebagai tempat pembuangan kelebihan udara di dalam poci untuk mencegah percikan sewaktu teh dituangkan.
Cara Hidup
Ternyata, di daerah tertentu seperti Tegal, poci lebih dari sekadar sarana minum. Di Tegal, sejak lama poci melambangkan cara hidup.
Dengan satu poci dan beberapa cangkir, dilengkapi jajanan lokal seperti kacang rebus dan gorengan, sekelompok warga berdiskusi secara santai.
Meski poci ada di mana-mana, poci sangat identik dengan Tegal. Kata “negeri poci” pada buku kumpulan puisi “Dari Negeri Poci” adalah merujuk ke Tegal.
Tugu poci yang terletak di depan Masjid Agung Slawi menjadi ciri khas Kota Slawi, yaitu ibu kota Kabupaten Tegal, mungkin serupa dengan tugu monas bagi Jakarta. Situs sebagai ruang pamer daring milik Pemerintah Kabupaten Tegal bernama potji.com.
Teh Poci
Teh poci adalah teh yang diseduh secara khas dalam poci dan cangkir dari tanah liat. Minuman ini ditambah dengan gula batu dan diminum panas-panas. Minuman yang sangat disukai oleh masyarakat Tegal, Slawi, Pemalang, Brebes, dan sekitarnya.
Ada istilah WASGITEL bagi teh poci yang merupakan singkatan dari wangi, panas, sepet, legi, lan (dan) kentel (kental), yang artinya teh panas, manis, wangi beraroma bunga melati dan berwarna hitam pekat/kental.
Teh poci biasanya menggunakan teh hijau atau teh melati yang mengeluarkan aroma yang khas, dan biasa disajikan pada pagi, sore, atau malam hari dengan ditemani makanan kecil.
Poci yang digunakan untuk menyeduh teh poci biasanya bagian dalam pocinya tidak pernah dicuci tetapi cukup dibuang sisa tehnya saja. Hal ini dipercaya masyarakat Tegal kerak sisa teh tadi akan menambah cita rasa dan aroma teh poci menjadi semakin enak.
Persebaran
Di luar daerah Tegal teh poci dapat dijumpai di Warung Tegal, serta sudah terdapat banyak penjual peralatan teh poci di daerah jalur Pantura.
Teh Poci adalah salah satu minuman tradisional yang berasal dari wilayah Tegal, Jawa Tengah. Tak hanya Tegal, teh jenis ini juga bisa ditemui di daerah Brebes, wilayah yang notabene bertetangga dengan Tegal.
Selain Teh Poci, minuman ini juga biasa disebut dengan nama Teh Slawi, merujuk nama daerah di Kabupaten Tegal tempat minuman ini berasal. Dibanding dengan minuman teh pada umumnya, Teh Poci memang mempunyai ciri khas tersendiri.
Teh ini diseduh dalam poci kecil yang terbuat dari tanah liat dan kemudian disajikan ke dalam cangkir bersama gula batu. Di kalangan masyarakat Tegal dan sekitarnya, budaya minum teh poci ini sudah mengakar kuat. Bahkan budaya ini diyakini telah muncul sebelum abad ke-17.
Ratusan Tahun
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Indonesia, keberadaan Teh Poci di tengah masyarakat Tegal telah ada sejak abad ke-17 Masehi dan berasal dari tradisi Tiongkok. Waktu itu, teh yang digunakan didatangkan langsung dari negeri Tiongkok karena di Indonesia belum ada tanaman teh.
Namun pada tahun 1830-an, tanaman teh menjadi salah satu komoditas utama hasil perkebunan di Indonesia melalui proyek Cultuurstelsel. Sejak saat itulah diyakini industri teh mulai berkembang pesat di Slawi yang di kemudian hari menjadi produsen teh terkemuka di Indonesia.
Di alun-alun Kota Slawi, berdiri sebuah tugu berbentuk teko poci bertuliskan “Teh Poci”. Tugu itu sebenarnya hendak dibongkar karena dianggap merepresentasikan nama suatu perusahaan. Tapi nyatanya keberadaan teko itu juga merepresentasikan kebiasaan warganya yang suka minum teh.
Di Tegal sendiri, kebun teh memang tidak seluas kebun teh di kabupaten tetangga seperti Pemalang, Pekalongan, atau Batang. Tapi industri teh di sana justru berkembang pesat dengan menciptakan produk-produk teh terkenal seperti Teh Tong Tji, Teh Cap Poci, dan Teh Botol Sosro.
Budaya “Moci”
Perkembangan Teh Poci di Tegal menciptakan sebuah budaya bagi masyarakatnya yang dikenal dengan nama “moci”. Tradisi minum teh ala masyarakat Tegal ini bahkan lebih kental dengan kota-kota lain di sepanjang pesisir utara Jawa Tengah.
Bagi mereka, teh telah menjadi bagian dalam kehidupan mereka sehari-hari. Saking lekatnya tradisi itu, di sana ada ungkapan “Jangan mengaku orang asli Tegal bila tidak suka minum teh”.
Di samping budayanya yang kental, ternyata teh poci punya nilai filosofisnya sendiri. Teh poci punya ciri khas yaitu teh di dalam poci yang rasanya pahit dituangkan ke dalam poci berisi gula batu. Tetapi gula ini tidak boleh diaduk melainkan dibiarkan larut dengan sendirinya.
Cara penyajian teh dengan cara itu memiliki nilai filosofis yaitu, kehidupan memang terasa pahit di awal. Namun bila kita sanggup bersabar, kehidupan yang awalnya terasa pahit itu lambat laun pada akhirnya pasti akan berbuah rasa manis. (Hilal)