Linimassa.id – Tulang menjadi organ penyangga tubuh yang sangat penting diperhatikan kesehatannya. Jadi harus tahu berbagai jenis penyakit yang mengancam tulang, salah satunya osteoporosis.
Ini saat kondisi ketika tulang menjadi lemah dan rapuh. Tubuh terus-menerus menyerap dan menggantikan jaringan tulang. Pada osteoporosis, kecepatan pembentukan tulang baru lebih lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama.
Lebih dari 2 juta kasus per tahun terjadi di Indonesia. Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan.
Laman Siloam Hosptal menyebut, penyakit ini jarang menimbulkan gejala, dan biasanya baru disadari ketika penderitanya mengalami cedera.
Biasanya, osteoporosis dialami oleh wanita dewasa yang memasuki masa menopause. Meski begitu, tak menutup kemungkinan anak-anak dan orang dewasa muda juga bisa mengalaminya.
Osteoporosis adalah penyakit akibat menurunnya kepadatan tulang dan penurunan kemampuan regenerasi tulang bagian dalam serta ketidakmampuan mengatur kandungan mineral di dalam tulang.
Kondisi tersebut memicu terjadinya pengeroposan tulang, sehingga tulang menjadi rentan patah. Namun, pengeroposan tulang ini dapat terjadi secara perlahan dalam kurun waktu yang lama. Hal inilah yang membuat penderitanya sering kali tidak menyadari gejala osteoporosis.
Seseorang yang mengalami osteoporosis akan mudah mengalami cedera di beberapa bagian, seperti:
Retak tulang belakang.
Retak tulang pinggul.
Retak tulang pergelangan tangan.
Retak tulang lengan.
Retak tulang panggul.
Dalam beberapa kasus osteoporosis berat, batuk atau bersin yang terjadi berulang kali juga dapat menyebabkan keretakan pada tulang rusuk atau tulang belakang. Penderita biasanya akan merasakan nyeri pada bagian tulang yang retak tersebut.
Terdapat mitos osteoporosis yang beredar bahwa penyakit ini terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari karena terjadi akibat penuaan. Faktanya, kondisi ini sebenarnya dapat dicegah melalui pola hidup sehat dan pendeteksian osteoporosis dini.
Jenis-Jenis Osteoporosis
Mengacu pada Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, osteoporosis terbagi menjadi dua kondisi yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah kondisi penurunan kepadatan tulang pada wanita yang memasuki masa menopause dan lansia. Kondisi ini terjadi akibat menurunnya hormon estrogen pada usia lanjut yang dapat memicu pengeroposan tulang.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang dipicu penyakit atau kondisi lain, misalnya efek samping operasi atau pemberian obat-obatan.
Penyebab Osteoporosis
Seiring bertambahnya usia, kepadatan dan fungsi tulang akan semakin menurun, sehingga tulang menjadi lebih mudah keropos. Namun, hal ini tidak berarti setiap lansia akan mengalami osteoporosis.
Normalnya, tulang mengalami proses pembaruan yang konstan. Di mana tulang yang sudah tua akan digantikan dengan tulang baru. Namun, proses ini melambat seiring dengan pertambahan usia. Melambatnya proses pembaruan tulang ini perlahan dapat membuat tulang kehilangan kepadatannya sehingga tulang pun menjadi lebih rapuh dan meningkatkan risiko osteoporosis.
Faktor Risiko Osteoporosis
Faktor risiko osteoporosis terbagi menjadi beberapa kondisi, yaitu kondisi yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu:
Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.
Penggunaan obat-obatan.
Kurang olahraga.
Kekurangan kalsium dan vitamin D.
Anoreksia nervosa.
Hormon estrogen yang rendah pada wanita.
Hormon testosteron yang rendah pada pria.
Sementara itu, sejumlah faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dimodifikasi adalah sebagai berikut:
Berjenis kelamin wanita.
Berusia di atas 40 tahun.
Wanita dengan perawakan tubuh yang kurus dan kecil.
Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis.
Pernah mengalami patah tulang.
Gejala Osteoporosis
Osteoporosis cenderung tidak menunjukkan gejala di tahap awal. Namun, kondisi ini biasanya ditandai dengan tulang yang mudah patah karena insiden kecil, seperti terpeleset, terjatuh, batuk atau bersin.
Seiring berjalannya waktu, osteoporosis akan menimbulkan beberapa gejala seperti:
Nyeri leher.
Nyeri tulang punggung bawah.
Rentan mengalami patah tulang.
Postur tubuh membungkuk.
Penurunan tinggi badan secara bertahap.
Gejala osteoporosis yang tidak segera ditangani akan membuat struktur dan komposisi tulang menipis dan melemah. Kondisi inilah yang meningkatkan risiko seseorang mengalami patah tulang.
Cara Mengobati Osteoporosis
Apabila dinyatakan mengalami osteoporosis, dokter akan menentukan rencana perawatan yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda. Beberapa rencana pengobatan osteoporosis adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Obat Bifosfonat
Obat yang tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi ini berfungsi dalam memperlambat pengeroposan tulang dalam tubuh. Di mana bifosfonat mampu membantu menjaga kepadatan tulang dan menurunkan risiko patah tulang.
2. Pengobatan Antibodi Monoklonal
Obat ini dapat menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko kerusakan tulang lainnya. Biasanya, dokter akan memberikan obat ini setiap 6 bulan sekali melalui injeksi.
3. Terapi Hormon
Apabila pemicu osteoporosis adalah rendahnya kadar hormon tertentu, maka dokter biasanya menyarankan terapi hormon untuk meningkatkan kadar hormon tersebut.
4. Memperbanyak Konsumsi Kalsium dan Vitamin D
Kalsium adalah salah satu mineral penting yang baik untuk menjaga kesehatan tulang, sedangkan vitamin D dapat membantu tubuh menyerap kalsium. Anda bisa memperoleh kalsium dan vitamin D dari asupan sehari-hari, seperti susu dan sereal, atau mengonsumsi suplemen tambahan sesuai anjuran dokter.
Cara Mencegah Osteoporosis
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan osteoporosis adalah sebagai berikut:
Menjalani diet sehat dengan mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D. Usahakan memenuhi kebutuhan kalsium sebesar 1000 mg/hari dan vitamin D sebanyak 400-800 IU/hari. Beberapa pilihan asupan yang kaya akan kalsium dan vitamin D adalah yogurt, susu, dan sereal.
Rutin berolahraga.
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol secara berlebih.
Pencegahan sejak dini perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi akibat osteoporosis. Namun, penting untuk diketahui bahwa penyebab serta gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik mewakili kondisi osteoporosis. Artinya, penyebab atau gejala tersebut bisa serupa dengan kondisi medis atau penyakit lainnya. (Hilal)