Linimasssa.id – Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gedung ini bahkan disebut mirip kelelawar.
Laman Detik menyebut, dari kejauhan gedung yang berbentuk burung Garuda itu terlihat berwarna hitam dengan garis-garis kerangka yang tersusun vertikal. Saat dilihat dari dekat, garis-garis vertikal itu ternyata besi berwarna hitam.
Bagian sisinya juga merupakan besi mirip jaring-jaring. Di beberapa titik terlihat seperti ada karat di bagian besi hitam itu. Pelat besi itu disusun berjarak sehingga tampak seperti garis vertikal dari kejauhan.
Meski punya kerangka besi, bagian dalam Istana Garuda itu tetap berbentuk bangunan seperti pada umumnya. Di antaranya ada ruang konferensi pers, ruang kerja, bahkan kamar tidur presiden di dalamnya.
Saat memasuki Istana Garuda dari pintu belakang, pengunjung harus melewati metal detector, meski saat ini belum berfungsi. Ada beberapa lantai di dalam Istana Garuda, namun, wartawan yang meliput hanya berkesempatan berkunjung ke ruangan konferensi pers yang berada di lantai 3 yang bisa ditempuh menggunakan eskalator.
Di setiap lantai terdapat banyak ruangan yang saat ini masih kosong. Di lantai 3 ada ruangan mirip lobi dengan lantai marmer hitam dan lampu gantung. Dekorasi itu pun membuat ruangan itu terkesan mewah.
Menteri PUPR Basuki Hadimulono pun angkat bicara soal Istana Garuda yang disebut mirip kelelawar. Basuki menyebut rangka besi tersusun itu nantinya bakal mengalami oksidasi yang bakal mengubah warnanya menjadi hijau.
“Kalau menurut, apa, Pak Nyoman Nuarta (desainer Istana Garuda), itu kalau nanti kena oksidasi itu jadi hijau seperti GWK,” ujar Basuki di Kemensetneg, Jakarta, Selasa (6/8/2024).
“Iya, itu kan perunggu yang dikasih cairan. Nanti dia akan oksidasi menjadi hijau. Persis kayak di GWK,” sambungnya.
Dia menjelaskan untuk mengubah lambang Garuda menjadi hijau membutuhkan waktu. Meski begitu, Basuki tak menjabarkan detail berapa lama waktu oksidasi itu.
Arsitek
Bangunan yang banyak dikritik netizen ini ternyata dibuat bukan oleh seorang arsitek. Pematung asal Bali, Nyoman Nuarta, yang juga mendesain Garuda Wisnu Kencana (GWK), dipercaya untuk mendesain Istana Garuda.
Laman Kompas menyebut, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) merasa perlu mendefinisikan kembali beberapa hal. Ketua Umum IAI Georgius Budi Yulianto mengatakan ada perbedaan mendasar antara karya seni dengan produk rancangan arsitektur.
Dikatakan, karya seni lebih berfokus pada ekspresi estetika dan emosional, dimana seorang seniman memiliki kebebasan dengan berbagai medium dan gaya tanpa batasan utilitas.
“Meskipun karya seorang seniman tangible, ekspresi yang dinikmati tidak bisa diukur dan sangat subjektif,” ungkap Georgius.
Sedangkan produk rancangan arsitektur merupakan gabungan estetika, fungsi dan struktur.
“Seorang arsitek harus bertanggung jawab atas rancangannya, dalam memenuhi kode/regulasi bangunan gedung yang memenuhi kriteria keselamatan, kemudahan, kenyamanan dan kesehatan,” jelasnya.
Karena rancangan arsitektur harus memenuhi kriteria-kriteria tersebut, gagasan desain wajib disesuaikan, dan dalam hal ini tentu dilakukan oleh arsitek (untuk bidang arsitektur).
Bagi Georgius, masyarakat tidak boleh disesatkan dengan pernyataan seolah terjadi downgrading atas dasar pertimbangan pribadi apalagi statement untuk mengejar fee atau keuntungan pribadi arsitek. (Hilal)