Linimassa.id – Serangga satu ini identik dengan lingkungan yang masih asri dan pedalaman. Tidak heran bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan, suara binatang serangga bernama tonggeret mungkin sudah jarang terdengar.
Bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, bila malam hari dan keadaan telah sunyi, sayup-sayup dari rumah mereka terdengar suara serangga kecil itu. Kalau suaranya terdengar, berarti itu pertanda musim akan segera berganti.
Tonggeret atau garengpun adalah jenis serangga angota sub-ordo Cicadomorpha ordo Homoptera. Serangga ini dikenal memiliki suara nyaring yang ia bunyikan dari pepohonan.
Di Indonesia, suara binatang ini akan nyaring terdengar di akhir musim penghujan.
Suara tonggeret menandakan awal musim kemarau yang dipercaya masyarakat setempat bisa ‘menghentikan’ persebaran Virus Corona. Banyak yang beranggapan, di musim kemarau matahari akan bersinar terik, dan corona tak bisa bertah
Laman Merdeka menyebut, tonggeret dianggap sebagai pembawa pertanda baik atau buruk. Tonggeret ialah serangga dengan suara yang khas.
Hewan ini menjadi objek mitos yang melibatkan berbagai keyakinan dan interpretasi masyarakat setempat.
Dalam beberapa tradisi, tonggeret dianggap sebagai pembawa pertanda baik atau buruk.
Laman Dream menyebut, serangga yang dirindukan warga pedesaan baru-baru ini muncul kembali saat wabah corona sedang melanda.
Serangga jenis tonggeret atau bernama latin, Cicadidae, yang mengeluarkan suara sangat keras dulu dianggap masyarakat desa sebagai isyarat akan terjadinya perubahan musim.
Masing-masing daerah memiliki penyebutan sendiri untuk tonggeret seperti tongkeret, dongkeret, garengpung, oyer-oyer, ote-ote, njengeret, dan iweng-iweng.
Di masa pancaroba dari musim hujan ke kemarau atau dari kemarau ke musim hujan, dahulu tonggeret memberi tanda dengan cara mengeluarkan suara khas sepanjang hari. Seiring perubahan iklim, tonggeret lama tak muncul. (Hilal)